Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 50 ribu orang yang sebagian besar di antaranya warga sipil masih terkepung di bekas wilayah kekuasaan pemberontak di Aleppo Timur, meski evakuasi dan gencatan senjata sedang berlangsung.
"Ada 50 ribu orang, termasuk 40 ribu di antaranya warga sipil, bernasib tidak cukup beruntung dan masih berada di bagian kota itu. Sisanya adalah para pejuang, berkisar antara 1.500 dan 5.000 orang, dan keluarga mereka," kata utusan perdamaian PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Perancis, Jean Marc Ayrault, Jumat (16/12).
Turki sebelumnya bahkan menyebutkan warga sipil yang masih terjebak di wilayah tersebut masih lebih banyak lagi, yakni sekitar 80 ribu hingga 100 ribu orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prioritas kami adalah memastikan rekan-rekan PBB ada untuk orang-orang (yang dievakuasi) dan para pejuang pemberontak dihormati di bawah persyaratan kesepakatan ini," ujar De Mistura, dikutip dari
AFP.
Kesepakatan gencatan senjata dan evakuasi di Aleppo dinegosiasikan oleh Rusia, yang mendukung rezim Presiden Bashar Al-Assad, dan Turki, yang mendukung kelompok pemberontak. Di bawah kesepakatan yang tercapai pekan ini, warga dan pemberontak yang dievakuasi dari Aleppo Timur akan dibawa ke benteng kubu oposisi di Provinsi Idlib, sebelah barat laut Suriah.
"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi di Idlib. Jika tidak ada kesepakatan politik dan gencatan senjata, Idlib akan menjadi Aleppo berikutnya," kata De Mistura.
Sementara itu Ayrault mengulangi seruan pemerintah Perancis untuk melakukan "secepat mungkin pengerahan para petugas pengamat PBB dari berbagai badan PBB yang berada di lokasi, yang dapat segera dikerahkan dalam beberapa jam mendatang."
Rapat Dewan Keamanan PBB soal krisis di Aleppo yang diinisiasi Perancis diperkirakan akan berlangsung pada Jumat. Pertemuan itu akan "dengan tegas memeriksa pengerahan pengamat [PBB] untuk memastikan tidak ada lagi pelanggaran, tidak ada aksi balas dendam, dan bahwa penduduk sipil terlindungi."
Ia menambahkan, "Hal ini dapat dilakukan dengan sangat cepat."
Sementara, Ayrault mendesak "gencatan senjata diterapkan di seluruh penjuru [Suriah] dan kembali ke meja perundingan."
Ratusan orang telah berhasil dievakuasi dari Aleppo Timur pada Kamis (15/12) menyusul runtuhnya pertahanan pemberontak di Aleppo, setelah berbulan-bulan digempur militer Suriah, Rusia dan milisi Syiah dari Iran serta Libanon.
Proses evakuasi sempat terhenti pada Rabu (14/12) tanpa diketahui alasan yang pasti.
Pada Kamis, pasukan koalisi pemerintah Suriah dilaporkan menembaki sebuah konvoi pemberontak yang bergegas meninggalkan Aleppo timur. Penembakan yang menyebabkan setidaknya satu orang tewas dan tiga lainnya terluka ini jelas merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.
(aal)