Jakarta, CNN Indonesia -- Peretas Rusia tahun lalu dituding sempat mengambil alih sistem surat elektronik rahasia yang digunakan Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS saat itu.
Martin Dempsey, mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS, mengatakan kepada stasiun televisi CBS bahwa dia mendapat informasi atas serangan ini pada Agustus 2015 dari Direktur Badan Keamanan Nasional.
Para peretas itu mencuri kata sandi dan tanda tangan elektronik yang digunakan oleh Dempsey, dan ratusan perwira senior lain, untuk bisa mengakses sistem jaringan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem surat elektronik ini digunakan oleh sekitar tiga ribu lima ratus anggota militer dan pegawai sipil yang bekerja di kantor Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS yang berada di bawah Pentagon
CBS melaporkan, satu-satunya jalan menghentikan serangan tersebut adalah mematikan sistem jaringan itu.
Serangan yang menurut para pejabat AS dilakukan oleh Rusia itu bukanlah aksi mata-mata, tetapi serangan yang bertujuan merusak dan memaksa Pentagon mengganti piranti lunak dan piranti keras. Proses ini, menurut CBS, memakan waktu sekitar dua minggu.
Stasiun televisi Amerika itu melaporkan bahwa motif serangan diduga karena Rusia marah dengan sanksi ekonomi yang dikenakan oleh pemerintah Obama setelah Presiden Vladimir Putin merebut Crimea dan terlibat dalam konflik di Ukraina.
Pentagon menolak memberi komentar atas laporan CBS ini.
Selain tudingan terhadap serangan ini, para pejabat AS juga menuduh Putin meminta badan-badan intelejen negara itu meretas pemilu di negara mereka untuk membantu Donald Trump memenang.
Namun, para pejabat Rusia membantah tudingan ikut campur dalam pemilihan umum AS yang berlangsung pada 8 November lalu.
(aal/yns)