Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menuduh pemerintahan Presiden Suriah Bashar Al-Assad telah melakukan pembantaian di Aleppo.
"Sama sekali tidak ada justifikasi atau apapun untuk kebrutalan yang tidak pandang bulu dan kejam terhadap warga sipil oleh rezim (Assad) dan sekutunya, Rusia dan Iran, beberapa minggu ini, atau bahkan lima tahun ini," kata Kerry di Washington, sebagaimana dikutip
Reuters, Jumat (16/12).
Kerry mempertahankan usaha diplomatik AS untuk mengakhiri perang yang sejauh ini belum menunjukkan hasil. Dalam konflik ini, Assad yang didukung oleh Rusia, Iran dan milisi Syiah yang berada dalam posisi yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Washington terpaksa hanya menonton Suriah dan sekutunya menyerang Aleppo sehingga pemberontak terus terdesak. Akhirnya pemerintah dan pemberontak yang ditengahi Rusia dan Iran menyepakati gencatan senjata untuk mengevakuasi warga sipil sekaligus memberi kesempatan pemberontak untuk meninggalkan kota.
Namun, korban sipil yang menderita akibat gempuran pemerintah pun tidak bisa dikatakan sedikit. "Rezim Assad sesungguhnya, tak lain, sedang melakukan semacam pembantaian," kata Kerry.
Dia juga mengatakan Amerika Serikat telah mencari cara untuk mengatakan kekerasan yang cepat, bisa diferivikasi dan bertahan lama di Aleppo. Saat ini, dia mengakui, serangan udara dan penembakan artileri telah berhenti sementara konvoi pengungsi mulai bergerak.
Namun, ada juga laporan yang menyebut konvoy korban luka ditembaki oleh pasukan pemerintah atau sekutunya, kata Kerry. Aktivis dan warga yang masih berada di lokasi mengatakan milisi pro-pemerintah juga telah mengeksekusi puluhan warga sipil.
Rusia telah menampik serangan udaranya menewaskan warga sipil dalam jumlah yang besar dan justru menuduh pemberontak memanfaatkan penduduk Aleppo sebagai tameng hidup.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga mengatakan pihaknya akan memperlakukan pemberontak yang memilih untuk menetap di Aleppo sebagai "teroris."
(aal)