Jakarta, CNN Indonesia -- Para pakar terorisme asal Amerika mengatakan upaya mengatasi akar kelahiran dan pertumbuhan ISIS harus segera dilakukan jika ingin mengalahkan ISIS dan mencegah kelompok ini kembali muncul dengan nama lain.
Para pakar ini mengatakan, gempuran militer tidak akan pernah berhasil mengatasi perlawanan yang timbul sebagai aksi untuk menyalurkan kemarahan, rasa frustasi, dan kebencian yang muncul di sebagian besar negara Islam Sunni.
Namun demikian, tidak terlihat ada solusi yang mudah karena masalah mendasar di sebagian dunia Arab, seperti kekacauan, pemerintahan yang buruk dan kemiskinan, sangat mendalam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pakar yang bertemu dalam konferensi tahunan tentang terorisme di Washington pada Rabu (14/1) itu mengatakan, kekacauan lebih besar tampaknya sudah hampir pasti terjadi dan hanya kampanye perlawanan ideologi luar biasa yang pada akhirnya bisa menyelesaikannya.
“Pemerintahan AS yang baru memiliki pandangan, ‘Kita harus lebih keras,’” ujar Michael Hayden, mantan Direktur CIA. “Tetapi jika hal itu berarti memanfaatkan kemampuan kita membunuh orang, kita telah memulainya sejak 14 tahun lalu.”
“Kita tidak akan bisa menang dengan cara ini,” tambahnya. “Jika tidak ada cara lain kecuali tindakan keras seperti itu, di masa depan kita harus bertindak lebih keras lagi.”
Seperti sejumlah pakar terorisme lain, Hayden yang juga mantan Badan Keamanan Nasional, menegaskan jika penyebab mendasar yang mendorong generasi muda Muslim Suni bergabung dengan gerakan jihadis tidak diatasi, daya tarik Islam radikal akan tetap tinggi dan gerakan ini tidak akan pernah kekurangan anggota.
Bruce Riedel, mantan analis CIA dan pakar kontraterorisme dari Brookings Institution, menegaskan ada keterbatasan pada aksi militer yang disebutnya sebagai “strategi melumpuhkan” yang ditujukan pada para pemimpin kelompok seperti ISIS atau Al Qaidah.
“Itu bukan strategi untuk mengatasi masalah mendasar yang membuat Al Kaidah, ISIS atau Boko Haram terbentuk,” ujarnya.
“Masalah-masalah itu akan terus ada dan menjadi tantangan besar bagi pemerintah AS yang baru.”
Lebih Buruk dari AleppoTantangan pertama, ujarnya, “adalah dunia Arab yang saat ini dalam keadaan kacau. Wilayah itu semakin menuju ke arah kekacauan luar biasa dan yang saat ini terjadi hanyalah permulaan saja.
“Dibanding Aleppo, Mosul saat ini, menurut saya situasinya akan lebih buruk lagi.”
 Jika AS menerapkan kebijakan keras terhadap kelompok radikal, situasi di masa depan akan lebih buruk dari Aleppo di suriah. (Reuters/Omar Sanadiki) |
Riedel mengatakan “tidak melihat pertanda” kekacauan yang terjadi sejak aksi perlawanan
Arab Spring pada 2011 ini akan segera berakhir.
Dia menambahkan, meski dunia Arab hanya lima persen dari total populasi dunia, hampir setengah aksi terorisme tahun lalu terjadi di negara-negara Arab. Di saat bersamaan indikator-indikator penting seperti tingkat pengangguran tetap tinggi, dan tidak terlihat pertanda angka ini akan membaik.
“Hal yang paling menyedihkan adalah tidak satu pun penyebab aksi
Arab Spring seperti pemerintahan buruk, perekonomian buruk, tingkat pengangguran yang tinggi, akuntabilitas pemerintah yang rendah, perilaku polisi, kebebasan berekspresi warga, yang berhasil diperbaiki secara signifikan,” ujar Riedel.
Pertempuran IdeologiBagi Katherine Zimmerman dari American Enterprise Institute, situasi sosioekonomi yang buruk ini dipertajam dengan fakta bahwa Al Qaidah dan ISIS mendapat lebih banyak tempat untuk berkembang.
“Masalahnya yang ada saat ini hanya strategi kontraterorisme, bukan melawan pemberontakan,” ujarnya kepada kantor berita
AFP.
Dia mengatakan pendekatan “Bantuan Instan” negara-negara Barat, yaitu bekerja melalui mitra setempat dan serangan udara terhadap para pemimpin militer, “sebagian besar malah memperburuk situasi.”
Hayden mengatakan yang diperlukan adalah melakukan “pertempuran mendalam” yang menurutnya “selalu berbasis ideologi."
“Kita pernah melakukannya ketika Perang Dingin. Kita berhasil memotong ideologi komunisme dan itu berhasil,” tambahnya.
Tetapi dia menambahkan, “Komunisme bukan hal asing bagi kita semua. Itu adalah ajaran Barat yang diciptakan seorang warga Jerman di London. Ideologi itu milik kita. Kita memiliki legitimasi untuk melakukannya, tetapi kita tidak memiliki legitimasi untuk melakukan pertempuran lebih mendalam terhadap Islam radikal.”
(yns)