Jakarta, CNN Indonesia -- David Friedman, sosok yang ditunjuk Donald Trump menjadi Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel di pemerintahannya kelak, menyatakan tak sabar untuk segera melaksanakan tugasnya di Yerusalem.
"(Saya) berharap untuk melaksanakan tugas ini dari kantor kedutaan besar AS di ibu kota abadi Israel, Yerusalem," ujar Friedman dalam pernyataan resmi tim transisi Trump, Kamis (15/12).
Pernyataan ini mengindikasikan ia ingin memindahkan kantor Kedubes AS yang selama ini berada di Tel Aviv ke Yerusalem, langkah yang akan mendukung klaim Israel terhadap kota yang diperebutkan dengan Palestina itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Friedman, yang merupakan pengacara sekaligus pakar ekonomi soal kebangkrutan, merespons penunjukkannya sebagai duta besar AS untuk Israel dengan menyatakan bahwa ia akan bekerja tanpa lelah untuk "memperkuat ikatan tak terpisahkan antara kedua negara dan memajukan perdamaian di kawasan ini."
"(Friedman) telah menjadi teman lama dan penasihat saya yang terpercaya. Koneksinya yang kuat dengan Israel akan menjadi dasar bagi misi diplomatiknya dan menjadi aset yang luar biasa untuk negara kita, seiring dengan upaya kita memperkuat hubungan dengan sekutu dan berusaha menciptakan perdamaian di Timur Tengah," bunyi pernyataan yang dirilis tim transisi Trump.
Wacana pemindahan kantor Kedubes AS, yang sudah berdiri selama 68 tahun di Tel Aviv, ke Yerusalem sudah diserukan Trump selama masa kampanyenya. Trump juga berjanji tidak akan menekan Israel untuk membicarakan upaya perdamaian dengan Palestina.
Taipan
real-estate itu bahkan berjanji dia akan menjadikan Yerusalem sebagai kota abadi Israel.
Janji Trump ini bertentangan dengan kebijakan pemerintahan AS dan komunitas internasional. Seluruh kantor kedutaan besar negara lain di Israel berlokasi di Tel Aviv, sebagai upaya menampik klaim Israel yang menganggap Yerusalem sebagai ibu kota abadi mereka.
Klaim Israel itu tidak pernah diakui oleh komunitas internasional karena Yerusalem juga diklaim sebagai ibu kota oleh Palestina.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar berhaluan kiri Israel, Haaretz, pada Juni lalu, Friedman ditanya apakah Trump akan mendukung terciptanya negara Palestina yang merdeka. Pertanyaan ini sejalan dengan landasan kebijakan luar negeri AS yang mendukung solusi dua-negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
"Jawabannya adalah, bukan tanpa persetujuan Israel. Jika Israel tidak ingin melakukannya, dia [Trump] tak akan berpikir mereka [Israel] harus melakukannya... Dia [Trump] tidak berpikir ini merupakan suatu keharusan bagi Amerika untuk menjadikan Palestina negara yang merdeka," ucap Friedman, dikutip dari
Reuters.
Kedutaan besar Israel di Washington belum merilis komentar terkait hal ini. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang memiliki hubungan renggang dengan Presiden petahana AS, Barack Obama, sebelumnya telah mengindikasikan keinginannya untuk memperbaiki hubungan dengan AS di bawah pemerintahan Trump.
Friedman dinilai sebagai tokoh yang berpandangan ekstrem kanan terhadap berbagai isu soal Israel dan Palestina. Ia mendukung pembangunan permukiman dan pendudukan Israel di Tepi Barat.
Israel menduduki setengah bagian Yerusalem dalam perang dengan Arab tahun 1967 kemudian mencaploknya pada 1980. Sementara, AS dan sebagian besar negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tak mengakui pencaplokan itu.
Sejumlah calon presiden AS sebelumnya juga sempat berjanji bahwa kedubes AS akan dipindahkan ke Yerusalem. Namun, mereka tak memenuhi janji itu dengan dalih bahwa sengketa status Yerusalem harus diselesaikan terlebih dahulu oleh kedua pihak yang bertikai.
Pada awal Desember, Obama memperbarui kebijakan yang menegaskan bahwa kantor kedubes AS di Israel tidak akan dipindahkan ke Yerusalem selama enam bulan ke depan. Kebijakan itu ditandatangani oleh setiap presiden AS selama dua dekade terakhir.
Kebijakan ini membuat Trump tak bisa memindahkan kantor kedubes AS ke Yerusalem sampai setidaknya Juni tahun depan.
(ama/has)