Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah truk menabrak pasar yang menjual keperluan Natal di pusat kota Berlin, Jerman, pada Senin (19/12). Setidaknya sembilan orang tewas dan 50 lainnya terluka akibat insiden yang diduga merupakan serangan teror tersebut.
Ambulans dan petugas bersenjata langsung dikerahkan ke lokasi setelah sopir keluar dari dalam truk dan menaiki trotoar di depan pasar yang terletak di Breitscheidplatz tersebut.
"Satu pria yang diduga sopir truk tersebut sudah ditahan. Orang yang ada di dalam truk tersebut tewas," ujar seorang juru bicara kepolisian kepada
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak kepolisian mulai menyelidiki kemungkinan insiden ini merupakan aksi terorisme, tapi hingga kini belum dapat memastikan motif di balik peristiwa tersebut.
Kepolisian juga belum dapat memastikan identitas sopir truk. Namun, juru bicara kepolisian, Kerstin Ziesmer mengatakan, truk itu berpelat nomor Polandia.
Meskipun pelaku sudah ditahan, seorang saksi mata, Emma Rushton, menceritakan bahwa banyak orang di lokasi kejadian masih sangat terguncang.
Mereka semua panik ketika truk tersebut melaju dengan kecepatan sekitar 64 kilometer per jam, tapi sama sekali tak melambat ketika sudah mendekati pasar.
"Tidak mungkin ini hanya sebuah kecelakaan," ucap Rushton kepada
CNN.
Julian Reichelt, pemimpin redaksi tabloid Jerman, Bild, mengatakan bahwa pasar semacam ini akan sangat ramai setiap malam menjelang Natal.
"Sepertinya insiden ini merupakan adaptasi dari Nice," kata Reichelt, merujuk pada serangan truk di Perancis yang merenggut 86 nyawa dan melukai lebih dari 400 orang saat perayaan Bastille Day.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, melalui juru bicaranya, Steffen Seibert, langsung menyampaikan belasungkawanya melalui sebuah kicauan di akun Twitter pribadinya yang berbunyi, "Kami turut berduka dan berharap korban terluka dapat segera ditolong."
Belakangan ini, Merkel dikritik keras oleh warganya karena membuka lebar pintu perbatasan negaranya ketika Eropa dilanda banjir gelombang imigran tahun lalu. Warga khawatir gelombang imigran itu disusupi teroris.
(has)