Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 55 ribu imigran yang gagal mendapatkan suaka telah meninggalkan Jerman dengan sukarela sepanjang 2016 ini. Jumlah ini meningkat 20 ribu orang jikan dibandingkan dengan tahun lalu.
"Ini adalah peningkatan yang besar jika dibandingkan dengan tahun lalu," kata Menteri Dalam Negeri Jerman Harald Neymanns dalam konferensi pers yang dikutip
Reuters, Rabu (28/12).
Secara persis, dia mengatakan jumlah orang yang meninggalkan negaranya meningkat menjadi 54,123 pada 27 Desember, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peningkatan ini kami sambut baik. Selalu lebih baik ketika orang-orang meninggalkan negara ini dengan sukarela ketimbang dideportasi," ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Keuangan menyatakan pemerintah akan meningkatkan anggaran ke angka 150 juta Euro untuk mendorong imigran meninggalkan Jerman, 2017 ini.
Belakangan, Jerman memperkeras sikapnya dalam soal imigrasi. Hal ini menyusul kekhawatiran akan masalah keamanan dan integrasi setelah menerima 1,1 juta pengungsi dari Timur Tengah, Afrika dan lain-lain, sejak 2015.
Minggu lalu, pencari suaka yang gagal dan berbaiat pada kelompok teror ISIS melakukan serangan maut menggunakan truk, menewaskan 12 orang di Berlin. Peristiwa ini menambah keras kritik yang dilontarkan terhadap Kanselir Angela Merkel.
Sebagian besar imigran yang meninggalkan Jerman 2016 ini kembali ke Albania, Serbia, Irak, Kosovo, Afghanistan dan Iran, sebagaimana diberitakan Sueddeutsche Zeitung.
Mereka berhak mendapatkan bantuan dana sebesar 3.000 Euro untuk mempermudah mereka mendapatkan pekerjaan di negara asal.
Secara terpisah, sejumlah pejabat keamanan Jerman mengatakan kepada Reuters bahwa jumlah imigran yang meninggalkan Jerman meningkat menjadi 23,8 ribu sejak Januari hingga November. Sementara, sepanjang 2015 lalu hanya ada 20,9 ribu orang yang pergi.
Selain itu, terjadi peningkatan pada jumlah pengungsi yang ditolak di perbatasan. Laporan yang dibuat Neue Osnasbrueker Zeitung menyatakan polisi telah menolak 19,2 ribu pencari suaka hingga November.
Kebanyakan dari mereka berasal dari Afghanistan, Suriah, Irak dan Nigeria. Mereka sudah pernah mendaftarkan diri di negara Uni Eropa lain.
(aal)