Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mementahkan ancaman Korea Utara dengan mengatakan bahwa rudal balistik antarbenua (ICBM) Pyongyang tak akan bisa mencapai negaranya. Namun pernyataan ini dianggap dapat menjadi senjata makan tuan.
"Itu merupakan pernyataan bodoh Trump, mengingat besarnya tantangan program nuklir dan rudal Korut. Saya pikir, ini dapat menjadi senjata makan tuan," ujar James Acton, Direktur Program Kebijakan Nuklir dari lembaga think tank Carnegie Endowment untuk Perdamaian Internasional, sebagaimana dikutip Reuters.
Selama ini, nuklir Korut merupakan salah satu ancaman besar yang diwaspadai oleh AS. Sejumlah mantan pejabat AS dan para ahli lain mengatakan, Washington hanya memiliki dua pilihan untuk menghadapi ancaman ini, yaitu negosiasi atau tindakan militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun menurut presiden Brookings Institute yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri AS, Strobe Tallbot, khawatir Trump semakin kehilangan opsi diplomatik setelah melontarkan pernyataan keras ini.
Pasalnya, upaya negosiasi yang dicanangkan oleh Barack Obama sebelumnya juga sudah kian tertutup. Negoasiasi ini melibatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa, China, AS, Korea Selatan, Jepang, dan Rusia.
Sejak awal, perundingan ini memang sudah diragukan. Pasalnya, dari keenam negara tersebut, hanya China yang memiliki pengaruh besar terhadap Korut.
Sebagai sekutu terdekat Korut, China pun kerap menolak tindakan keras terhadap Korut dengan dalih dapat menciptakan ketidakstabilan di kawasan.
Beberapa pakar mengatakan, China sebenarnya tak ingin Korut mengembangkan nuklir. Namun, Beijing juga tidak akan membiarkan pemerintahan Pyongyang jatuh. Mereka khawatir, jika rezim Kim Jong Un runtuh, Korut dan Korsel akan bersatu menjadi sekutu AS.
Dengan tipisnya opsi negosiasi, maka hanya tersisa satu pilihan bagi AS untuk menghadapi ancaman nuklir Korut, yaitu tindakan militer.
"Apakah pemimpin kami selanjutnya, 18 hari sebelum pelantikannya, melontarkan pernyataan yang dapat memicu perang dengan Korut?" ucap Tallbot.
Menurut sejumlah pakar, terlalu dini untuk menyebut pernyataan ini dapat memicu perang. Namun, seorang pejabat pertahanan AS yang tak mau diungkap identitasnya mengatakan bahwa Washington sudah memiliki persiapan kemungkinan operasi jika Korut benar-benar meluncurkan ICBM.
"Ini merupakan ancaman yang membuat saya tidak bisa tidur. Alasan utamanya adalah kami tidak tahu apa yang diinginkan pemimpin tertinggi Korut selanjutnya," katanya.
Seorang pejabat pertahanan AS lainnya mengatakan, pihaknya bahkan sudah memiliki tiga opsi jika Kim Jong Un sudah benar-benar memerintahkan militernya meluncurkan rudal balistik nuklir tersebut.
Tiga pilihan itu adalah menyerang sebelum ICBM diluncurkan, melakukan intersepsi, atau membiarkan rudal itu melesat tanpa hambatan
Namun seorang pejabat lainnya, tiga opsi ini berisiko tinggi. Pasalnya, ada kemungkinan kesalahan target saat mengambil salah satu dari tiga pilihan tersebut.
Mantan penasihat khusus kontrol senjata Kemlu AS, Robert Einhorn, mengatakan kini, semua keputusan ada di tangan Trump.
"Apakah strateginya hanya dengan menimbulkan tekanan atau tekanan itu akan disertai dengan negosiasi," tuturnya.
Hingga kini, Trump sendiri belum mengungkap rencananya dalam menghadapi Korut. Einhorn sendiri tak dapat memprediksi kebijakan Trump karena menurutnya, sang presiden terpilih sangat sulit ditebak.
"Kim Jong Un lebih berbahaya, tapi yang lebih tak tertebak sekarang ini adalah Donald Trump," katanya.
(has)