Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Perdana Menteri Turki Nurettin Canikli mengatakan negaranya berhak untuk terus melakukan langkah-langkah militer di Irak untuk mencegah gangguan keamanan di dalam negeri. Walau demikian, bukan berarti operasi akan dilakukan tanpa akhir.
"Kamp Bashiqa didirikan karena ada teror yang berasal dari Irak, dan adalah hak kami untuk mengambil langkah-langkah melawan ancaman ini. Jika ancaman sudah habis, maka langkah-langkah itu tidak lagi diperlukan," kata Canikli dalam wawancara dengan televisi Haber, dikutip
Reuters, Senin (9/1).
Pernyataan ini menanggapi tuntutan Irak agar Turki menarik pasukannya dari kamp Bashiqa, dekat Mosul. Masalah ini dibahas dalam pertemuan kedua perdana menteri dari masing-masing negara di Baghdad, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menyatakan kedua negara telah sepakat soal penarikan pasukan dari Bashiqa. Namun, Perdana Menteri Turki Binali Yildrim tidak mengonfirmasi hal tersebut.
Yildrim hanya mengatakan ada perkembangan signifikan dalam pertempuran melawan ISIS dan permasalahan soal Bashiqa akan diselesaikan "bagaimanapun dengan cara bersahabat."
Televisi negara Irak melaporkan Turki telah berjanji untuk "menghormati kedaulatan Irak" dan kedua negara sepakat tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.
Hubungan kedua negara memanas pada Oktober lalu akibat keberadaan terus-menerus pasukan Turki di Bashiqa dan sejumlah tempat lain di utara Irak. Kedua negara sama-sama memanggil duta besarnya ketika operasi melawan ISIS yang didukung Amerika Serikat dimulai.
Sementara pasukan Turki sudah ditempatkan di Bashiqa sebelum operasi tersebut dilaksanakan.
(aal)