Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku penembakan yang menewaskan 39 orang di sebuah kelab malam di Istanbul, Turki, saat perayaan tahun baru lalu, telah ditangkap pada Selasa (17/1). Namun, serangan ini tetap menyisakan ancaman signifikan bagi negara tersebut.
Pria yang menjalankan aksinya dengan nama Muhammed Horasani ini ditangkap dalam persembunyiannya bersama sang anak. Tak hanya mereka, polisi juga mencokok lima orang dalam operasi, satu pria dan tiga perempuan asal Kirgistan.
Meski para pelaku masih diperiksa, serangan ini telah diklaim oleh militan ISIS. Kelompok tersebut menyebut serangan ini sebagai aksi balas dendam atas keterlibatan Turki dalam peperangan di Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Horasani memang diduga pernah dilatih di Suriah. Ia juga disebut-sebut sudah memiliki pengalaman dalam perang gerilya.
Dalam konflik yang sudah berjalan selama lima tahun itu, Turki mendukung pemberontak menggulingkan rezim Bashar Al Assad.
Namun, dalam praktiknya, mereka juga memerangi militan Kurdi dan ISIS yang berada di sekitar perbatasan dengan alasan mencegah gangguan keamanan di dalam negeri.
Di Turki, kelompok Kurdi terus memberontak kepada pemerintah dan melakukan serangan-serangan. Sementara ISIS, baru kali ini mengaku melakukan serangan di negara ini.
Analis Soner Cagaptay kepada
CNN mengatakan ISIS biasanya enggan mengklaim bertanggung jawab atas serangan teror di negara ini untuk menciptakan "lingkungan yang dipenuhi kecurigaan atas perpolitikan di Turki."
Karena itu, analis intelijen dan keamanan CNN, Bob Baer, mengatakan klaim ISIS akan serangan ini adalah satu bentuk "deklarasi perang melawan Turki."
Kelab malam yang menjadi sasaran teror itu biasa dikunjungi oleh anak muda sekuler Turki dan selebritis internasional. Ortakoy, lokasi kelab malam bernama Reina itu, adalah lingkungan permukiman yang dikelilingi berbagai macam orang, mulai dari orang kaya yang suka berpesta mewah hingga mahasiswa yang hidup hemat.
Sekitar pukul 1.15, memasuki tahun baru 2017, pelaku menembak mati petugas polisi yang menjaga gerbang depan kelab dan lari ke dalam, menebar peluru. Sebagian pengunjung melompat ke air untuk menghindari tembakan.
Meski ancaman teror mengerikan seperti ini masih bisa berlanjut di Turki, pemilik kelab tersebut, Memet Korcarslan, mengatakan dirinya merasakan "kelegaan yang sangat mendalam di dalam hati" ketika mendengar kabar penangkapan Horasani.
"Saya rasa beban yang sangat besar telah diangkat dari semua korban dan keluarga ketika mengetahui sang pelaku telah ditangkap," ujarnya.
"Kepolisian dan intelijen Turki telah melaksanakan operasi yang sukses dengan menangkapnya hidup-hidup. Saya berharap mereka akan menemukan pelaku lain di balik serangan keji ini."