Jakarta, CNN Indonesia -- Filipina sebagai Ketua ASEAN pada 2017 berharap pembicaraan mengenai Code of Conduct di Laut China Selatan dapat rampung di bawah kepemimpinannya.
“Kami harap tahun ini ASEAN di bawah kepemimpinan Filipina bisa merampungkan CoC yang selama ini kita kejar sebagai salah satu solusi stabilitas kawasan khususnya soal LCS,” ujar Duta Besar Filipina untuk ASEAN, Elizabeth Buensuceso, dalam diskusi di Habibie Center, Jakarta, Kamis (26/1).
Melanjutkan pernyataannya, Buensuceso mengatakan, “Kalau pun CoC tidak rampung, setidaknya ASEAN bisa merampungkan kerangka kerjanya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ASEAN dan China menggagas pembentukan CoC mengatur untuk mekanisme bersikap di LCS guna menghindari konflik selama sengketa wilayah belum selesai.
Sengketa ini terjadi karena China mengklaim sebagian besar wilayah LCS yang tumpang tindih dengan klaim sejumlah negara lain di Asia Tenggara, seperti Filipina, Brunei, dan Malaysia.
Hingga kini, sengketa itu belum selesai dan CoC juga tak kunjung rampung.
“Tahun lalu, ASEAN hanya dapat menggelar dua kali pertemuan besar yang membahas kelanjutan perundingan CoC. Tahun ini, kami berupaya menggelar pertemuan bulanan untuk semakin memajukan progress perundingan [CoC] ini,” katanya.
Direktur Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Jose Antonio Tavares, juga menuturkan pentingnya ASEAN dan China mempercepat perundingan CoC.
Menurutnya, CoC merupakan satu-satunya cara mencapai situasi yang saling menguntungkan atau win-win solution bagi semua negara dan pihak berkonflik.
Jose menuturkan, di tahun ini Indonesia juga akan menggelar pertemuan pertama kelompok kerja yang khusus membahas CoC pada Februari mendatang.
“Kami harap kelompok kerja ASEAN dan China ini, di tahun ini akan menghasilkan terobosan baru yang lebih positif terkait CoC dan masalah LCS,” tuturnya.
Sengketa ini terjadi karena China mengklaim sebagian besar wilayah LCS yang tumpang tindih dengan klaim sejumlah negara lain di Asia Tenggara, seperti Filipina, Brunei, dan Malaysia.
Namun hingga kini, sengketa tak kunjung rampung karena China tak menerima keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) yang menyatakan bahwa klaim Beijing di LCS tidak sah.
(has)