Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat dan Perancis langsung merespons aksi teror yang menewaskan enam orang di sebuah masjid di Quebec, Kanada, dengan cara masing-masing.
Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump memang belum memberikan pernyataan resmi terkait serangan ini. Namun, pengamanan di New York, yang menjadi titik fokus aksi proters terhadap kebijakannya membatasi imigran dari negara-negara muslim, langsung ditingkatkan.
"Personel Komando Respons Kritis (CRC) telah ditugaskan untuk memperluas pengawasan di lokasi masjid tertentu," bunyi pernyataan polisi yang dikutip
CNN, Senin (31/1).
Wali Kota New York Bill de Blasio pun mengirim serangkaian twit terkait serangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Doa kami malam ini untuk warga Quebec yang berurusan dengan serangan kejam terhadap sebuah masjid," ujarnya. "Kita harus bersatu."
Dalam twit lainnya dia menekankan kepolisian akan menyediakan pengamanan tambahan untuk masjid-masjid di New York. Selain itu, dia juga berupaya menenangkan warganya yang beragama Islam.
"Untuk warga Muslim New York: New York akan melindungi kalian. Kepolisian akan melindungi kalian. Kami akan memerangi dendam dan bias," tulisnya.
Dia juga merujuk pada kebakaran di masjid Victoria, Texas, akhir pekan ini, dan mencoba mengaitkannya meski aparat telah menyatakan dua kejadian itu tak berhubungan.
"Serangan mengerikan di Quebec bukan sesuatu yang baru," ujarnya. "Hari ini, sebuah masjid di Texas dibakar hangus. Kita harus menghentikan upaya yang memcah-belah kita."
Di seberang Samudera Atlantik, Presiden Perancis Francois Hollande mengutuk keras serangan ini.
"Semangat kedamaian dan keterbukaan warga Quebec adalah sasaran yang diincar para teroris," kata Hollande sebagaimana dikutip
AFP.
[Gambas:Video CNN]Perancis yang mempunyai hubungan historis dengan Kanada, juga beberapa kali diserang teror. Awal 2015 lalu, majalah satir Charlie Hebdo diberondong oleh senjata otomatis Kalashnikov, menewaskan sejumlah tim redaksinya.
Aksi serangan bom juga terjadi di dekat Stadion Stade de France, menjelang pergantian tahun. Di saat yang hampir bersamaan, penembak bersenjata otomatis menyerang sebuah konser dan menewaskan ratusan orang.
Terakhir, serangan teror menggunakan truk terjadi di Nice, Juli 2016. Truk yang dibajak oleh teroris ini digunakan untuk menabrak kerumunan warga, menewaskan setidaknya 77 orang.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan serangan ini sebagai aksi teror. Polisi pun mengamini dan terus menyelidikinya.
Sejumlah saksi mengatakan setidaknya dua orang bersenjata yang mengenakan pakaian hitam-hitam melepaskan tembakan membabi-buta ke arah jemaat yang sedang beribadah salat Isya.
Setidaknya lima orang korban luka dirawat di Rumah Sakit Universitas Quebec. Korban lain tersebar di sejumlah rumah sakit lain di kota tersebut, kata juru bicara rumah sakit, Richard Fournier, kepada
CNN.
(aal)