Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan pasukan komando di Yaman yang disetujui Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru dinilai menguntungkan kelompok teror Al Qaidah.
Tenaga medis lokal mengatakan 30 orang termasuk 10 perempuan dan anak tewas dalam serangan helikopter Navy SEAL di permukiman yang terletak di selatan al-Bayda.
Pernyataan Al Qaidah menyebut pemimpin senior dan sejumlah militan lain terbunuh dalam serangan itu. Salah satu tentara Amerika Serikat pun terbunuh sementara Pentagon menduga beberapa perempuan dan anak tersebut menembaki tentaranya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Serangan itu adalah salah satu contoh hal yang semestinya tidak dilakukan," kata analis senior International Crisis Group, April Alley, dalam laporan yang dikutip
Reuters, Kamis (2/2).
"Penggunaan pasukan AS dan jumlah korban sipil yang tinggi memicu kebencian terhadap Amerika di seluruh spektrum politik Yaman sehingga menguntungkan AQAP."
Perang bersaudara yang berkecamuk hampir dua tahun di negara ini memungkinkan sayap Al Qaidah dan ISIS melakukan serangkaian serangan baru.
Al Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP) adalah salah satu kelompok militan yang paling aktif. Kelompok ini telah meledakan pesawat yang menuju Amerika Serikat dan mengklaim bertanggung jawab atas penembakan di kantor redaksi Charlie Hebdo, Perancis.
Presiden ke-44 AS Barack Obama berulang kali menewaskan pentolan organisasi ini dengan pesawat tanpa awak. Namun, menurut ICG, strategi itu tidak akan sepenuhnya berhasil.
"Masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah strategi lebih luas yang dicanangkan pemerintahan Trump di Yaman gagal menghentikan perkembangan pesat kelompok ini," bunyi laporan itu.
(aal)