Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Keamanan PBB menyatakan mengecam peluncuran rudal Korea Utara yang dilakukan pada akhir pekan ini. Namun, belum ada tanda-tanda organisasi internasional itu akan mengambil langkah konkret untuk menanggapi peristiwa ini.
PBB mendorong negara anggota untuk melipat gandakan upaya untuk menegakkan sanksi terkait tantangan pertama bagi komunitas internasional setelah Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat ini. Namun, nampaknya langkah perserikatan hanya terhenti sampai di situ saja.
Di sisi lain, Trump mengatakan "Korea Utara adalah masalah yang sangat, sangat besar dan kami akan merespons dengan sangat keras."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun tidak menyinggung rencana soal respons keras yang dia maksud. Namun, perwakilannya di PBB, Nikki Haley, menyatakan "sudah waktunya untuk mempertimbangkan ancaman Korea Utara--tidak dengan kata-kata tapi dengan tindakan."
Dia mengeluarkan pernyataan yang dikutip Reuters itu setelah Dewan Keamanan mengadakan pertemuan yang digagas Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan untuk membahas peluncuran rudal Korut, Senin waktu setempat (13/2).
Menurut Pentagon, pejabat militer ketiga negara tersebut berbincang melalui telekonferensi, di hari yang sama. Dalam perbincangan itu, mereka sama-sama mengecam peluncuran yang jelas-jelas melanggar resolusi PBB, sementara Amerika serikat menegaskan komitmennya kepada Korea Selatan dan Jepang.
Seorang pejabat Korea Selatan menyebut Amerika Serikat telah berencana untuk mengerahkan "aset strategis" dalam latihan bersama tahunan selanjutnya. Hal ini dilakukan menanggapi ancaman yang terus meningkat dari Korea Utara.
Pejabat itu tidak menjelaskan lebih lanjut aset apa yang akan digunakan. Di masa lalu, AS pernah mengerahkan pesawat canggih seperti pesawat pengebom B-2 dan jet tempur F-22. Selain itu, ada pula kapal selam bertenaga nuklir.
Menurut pejabat legislatif yang mendapat penjelasan terkait masalah ini, Badan Intelijen Korea Selatan memperkirakan rudal berbahan bakar padat yang diluncurkan Korea Utara bisa menempuh jarak lebih dari 2.000 kilometer. Dengan demikian, sebagian besar China, Taiwan, Jepang, Rusia dan sebagian kecil Filipina akan termasuk dalam jangkauan senjata.
Korea Utara pernah menguji coba rudal dengan jarak lebih dari 3.000 kilometer sebelumnya. Bahkan, negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un ini pernah menyatakan tengah mempersiapkan rudal balistik antar benua atau ICBM yang bisa menjangkau 9.000 kilometer, mencapai Amerika.
"Kami terus waspada, mengantisipasi data dan teknologi dari uji coba terkini digunakan untuk ICBM," kata Menteri Pertahanan Korsel Han Min-ko.
Dia juga menambahkan, dirinya meyakini pemerintah baru Amerika Serikat masih terus memformulasi kebijakan terkait Korea Utara.