Republik Kongo Diduga Bantai Ratusan Sipil, AS Prihatin

CNN Indonesia
Senin, 20 Feb 2017 10:48 WIB
Sebuah video menunjukkan pasukan berseragam militer Republik Kongo menembak ratusan warga sipil yang tidak bersenjata. Amerika pun khawatir.
Ilustrasi penembakan. (Thinkstock/hurricanehank)
Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat menyatakan sangat prihatin soal video yang diduga menunjukkan pasukan militer menembak 50 hingga 100 orang warga sipil tak bersenjata di Republik Demokratik Kongo.

Pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Mark Toner mengecam kejadian yang terekam dalam video tersebut, di mana perempuan dan anak-anak dieksekusi begitu saja.

"Pembunuhan di luar hukum seperti ini, jika terkonfirmasi, akan menjadi pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran dan mengancam kekerasan meluas serta ketidakstabilan di negara yang labil ini," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip AFP, Senin (20/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami meminta pemerintah Republik Demokratik Kongo untuk melakukan investigasi segera dan mendalam, berkolaborasi dengan organisasi internasional yang bertanggung jawab memantau hak azasi manusia."

Dugaan pembantaian ini tampaknya terjadi di desa Mwanza Lomba, di tengah bentrokan yang terus terjadi antara pasukan pemerintah dan milisi Kamwina Nsapu.

Republik Demokratik Kongo telah menampik video berdurasi tujuh menit tersebut, menyebutnya sebagai "video palsu...adegan dari film Rambo."

Diberitakan New York Times, video tersebut dimulai dengan pasukan tentara berjalan ke arah sekelompok orang yang sedang bersorak.

Lalu pasukan tersebut--yang nampak berseragam resmi militer Republik Kongo, didampingi dengan truk militer berat--milai mengangkat senjata.

Mereka pun mulai menembak.

Satu demi satu, orang-orang berjatuhan. Anehnya, beberapa orang tidak mencoba untuk melarikan diri dari pasukan yang terus maju ke arah mereka.

Kemudian, para tentara itu mendekati para korban terluka dan menembaknya di kepala menggunakan senapan serbu dari jarak beberapa meter. Banyak korban yang tampak masih sangat muda, beberapa di antaranya adalah perempuan.

Tidak ada satu pun yang membawa senjata.

Video ini dibagikan ke New York Times pada Jumat pekan lalu dan pegiat HAM mulai menyebarkannya di media sosial. Sejumlah pengamat menilai rekaman itu menunjukkan pembantaian yang didukung pemerintah dan video tersebut bisa jadi bukti kejahatan perang.

Human Rights Watch, sejumlah diplomat Barat dan PBB mengatakan tengah menyelidiki video tersebut. Sebelumnya, PBB juga sempat melaporkan pembantayan milisi lokal di Kasai.

"Video ini menunjukkan rekaman pembunuhan dan eksekusi warga sipil yang mengejutkan, dilakukan oleh personel berseragam," bunyi pernyataan departemen penjaga perdamaian PBB.

Mereka juga menyatakan tengah menyelidiki apakah video tersebut berhubungan dengan kejadian yang berlokasi di Kasai.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER