Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Muslim Amerika Serikat menggalang dana hinga lebih dari US$91 ribu atau setara Rp1,2 miliar untuk membantu perbaikan pemakaman Yahudi di St. Louis, Missouri, yang dihancurkan oleh vandal pada pekan lalu.
"Muslim Amerika menyatakan solidaritas atas komunitas Yahudi-Amerika dan mengecam aksi penodaan ini," demikian bunyi pernyataan kelompok penggalang dana tersebut, sebagaimana dilansir
Reuters.
Kelompok itu menjabarkan, hingga Rabu (22/2), dana yang terhimpun sudah mencapai US$91.583. Uang itu akan diserahkan kepada pihak Chesed Shel Emeth Society untuk memperbaiki sekitar 170 nisan berusia sekitar 100 tahun yang dihancurkan vandal itu.
Wakil Presiden AS, Mike Pence, pun menyambut baik inisiatif ini. Saat mengunjungi pemakaman itu di hari yang sama, ia mengatakan bahwa Amerika tak akan memberikan tempat kepada kebencian, kekerasan, atau tindakan anti-Semit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya harus mengatakan kepada kalian, warga Missouri menginspirasi warga dengan kasih sayang dan perhatian kalian terhadap tempat ini, bagi komunitas Yahudi di Missouri dan saya ingin berterima kasih atas inspirasi itu," ujar Pence.
Sebelumnya, komunitas Yahudi mengatakan, aksi vandalisme ini merupakan bukti bahwa semangat kelompok-kelompok anti-Semit kian berkobar setelah Donald Trump menang dalam pemilihan umum November lalu.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya sentimen anti-Semit sejak Trump resmi menjabat sebagai Presiden AS pada 20 Januari lalu. Sejak awal Februari saja, setidaknya 11 pusat komunitas Yahudi di berbagai penjuru AS harus dievakuasi karena mendapat ancaman bom.
Trump sebenarnya sudah melontarkan pernyataan yang mengecam tindakan anti-Semit ini. Namun menurut sejumlah kelompok Yahudi, pernyataan ini terlambat.
"Presiden Trump selama ini terus membisu tanpa alasan yang jelas sementara tren anti-Semitisme terus berlanjut dan dapat dikatakan bertambah," kata Jonah Dov Pesner, direktur Religious Action Center of Reform Judaism, dikutip
AFP, Selasa (21/2).
Penggalangan dana ini sendiri diinisiasi oleh seorang aktivis politik liberal, Linda Sarsour, tokoh penggagas Women's March, unjuk rasa besar-besaran yang digelar sehari setelah pelantikan Trump.
Dalam proyek penggalangan dana ini, ia bekerja sama dengan Tarek El-Messidi yang merupakan pemimpin lembaga non-profit Celebrate Mercy. Lembaga ini mengajarkan publik mengenai Nabi Muhammad.
(has)