Jakarta, CNN Indonesia -- Mahmoud Ahmadinejad, presiden keenam Iran yang menjabat saat negaranya melarang Twitter, kini justru bergabung membuat akun di media sosial 140 karakter itu.
Setelah terpilih kembali dalam pemilu 2009, pemrotes anti-pemerintah menggunakan Twitter untuk berkoordinasi dan mengorganisir Gerakan Hijau, yang kadang disebut juga sebagai "Revolusi Twitter."
Saat itu, pemerintah merespons dengan memblokir akses ke Twitter, Facebook dan situs media sosial lain. Menurut
CNN, Twitter saat itu hanya bisa diakses menggunakan perangkat lunak VPN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan nama Tuhan, damai menyertai seluruh pecinta kebebasan di dunia," ujarnya melalui akun @Ahmadinejad1956, Minggu (5/3).
Otoritas Iran mencabut larangan terhadap Twitter secara parsial, akhir tahun lalu, kata Campaign for Human Rights, tapi negara tersebut masih menyensor akses ke internet habis-habisan. Beberapa tokoh penting di negara tersebut masih mempertahankan akun Twitternya, termasuk Presiden Hassan Rouhani.
Akun baru Ahmadinejad ini juga membagikan pesan presiden yang menjabat 2005-2013 ini dalam bentuk rekaman video, menggunakan bahasa Inggris.
"Ikuti saya di @Ahmadinejad1956, itu saya," ujarnya.
Dalam profilnya, Ahmadinejad mendeskripsikan diri sebagai "suami, ayah, kakek, profesor universitas, presiden, wali kota, warga Iran yang bangga."
Pemilu Iran akan kembali digelar, Mei ini. Beberapa orang yang dekat dengan pria berusia 60 tahun ini memintanya untuk kembali mencalonkan diri.
(aal)