Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mendesak Korea Utara mengampuni Otto Warmbier, mahasiswa AS yang didakwa 15 tahun hukuman kerja paksa karena kedapatan mencuri spanduk politik dari sebuah hotel di Pyongyang pada 2016 lalu.
"Kami yakin hukuman 15 tahun merupakan bentuk hukuman yang terlalu keras bagi Warmbier yang diduga mencuri," ungkap juru bicara kemlu AS, Mark Toner, Rabu (15/3).
"Kami juga mendesak Pyongyang memberikan pengampunan khusus pada Warmbier dan segera membebaskannya atas dasar kemanusiaan," katanya menambahkan seperti dikutip
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Toner berujar, AS juga meminta Korut memberikan akses kekonsuleran rutin bagi Keduataan besar Swedia di Pyongyang untuk sejumlah warga AS yang dipenjara di negara itu.
Selama ini, Kedubes Swedia menggantikan peran perwakilan AS di Pyongyang untuk memenuhi hak kekonsuleran sejumlah warga Amerika yang bermasalah di Korut.
AS tidak menempatkan perwakilannya di Korut karena Washington dan Pyongyang tidak memiliki hubungan diplomatik. Amerika juga menyarankan warganya untuk tidak mengunjungi negara komunis itu.
Warmbier ditahan pihak Korut setelah kedapatan mencuri sebuah spanduk politik di Yanggakdo International Hotel sekitar Januari 2016.
Pria berusia 22 tahun itu ditangkap sesaat sebelum menaiki pesawat menuju China.
Mahasiswa Univeristy of Virginia tersebut pergi ke Korut dengan tujuan berwisata, didampingi oleh agen perjalanan khusus ke Korut, Young Pioneer Tours, yang berbasis di China.
Permintaan pembebasan Warmbier ini disampaikan seiring dengan rencana Menlu AS Rex Tillerson mengunjungi sejumlah negara di Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan China untuk membahas aktivitas rudal Korut yang kian memprihatinkan.
Selain Warmbier, seorang pendeta campuran Amerika-Korea, Kim Dong-chul juga dijatuhi hukuman 10 tahun kerja paksa oleh Korut atas dugaan spionase.
Di masa lalu, negara yang dikomandoi Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un ini kerap menggunakan warga AS sebagai alat tawar-menawar dengan Negeri Paman Sam.
Mantan Presiden Bill Clinton pada tahun 2009 dan Direktur Intelijen Nasional AS James Clapper sempat bertolak ke Pyongyang untuk bernegosiasi dengan pemerintah di sana untuk membebaskan sejumlah tahanan warga AS.