Jakarta, CNN Indonesia -- Hanya berselang sehari setelah insiden berdarah melanda London pada Rabu (22/3), kepolisian Inggris sudah dapat mengidentifikasi pelaku penyerangan yang menewaskan setidaknya tiga orang tersebut.
Melalu sebuah pernyataan resmi, Kepolisian Metropolitan London membeberkan bahwa nama pelaku serangan itu adalah Khalid Masood. Lahir di Kent, Inggris, pada 52 tahun silam, Masood bukan lah wajah asing bagi kepolisian.
“Ia dikenal oleh kepolisian dan memiliki serentetan kasus, termasuk yang menyebabkan luka serius, kepemilikan senjata, dan kejahatan publik lainnya,” demikian bunyi pernyataan kepolisian yang dikutip
Reuters, Kamis (23/3).
Masood pertama kali terjerat kasus pada 1983, ketika ia dibekuk karena melakukan tindakan kriminal yang menyebabkan kerusakan. Tahun berselang, Masood beberapa kali ditahan, hingga pada 2003, ia diadili karena kepemilikan sebilah pisau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dari rekam kriminalnya, tak ada satu pun jejak terorisme. memang Masood pernah berada di bawah radar badan intelijen Inggris, MI5, atas dugaan ekstremisme, tapi tak ada bukti pasti. Sebelum insiden ini pun, kepolisian tak mengendus adanya ancaman dari Masood.
Hingga akhirnya, Masood melancarkan aksi kriminal terakhirnya pada Rabu lalu. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi di Jembatan Westminster, menabrak kerumunan pejalan kaki, kemudian menghantamkan kendaraannya itu ke pagar pembatas.
Masood kemudian berlari ke arah pintu masuk Gedung Parlemen dan menikam salah satu petugas kepolisian. Aksinya terhenti setelah ia ditembak mati oleh seorang polisi berpakaian preman. Setidaknya tiga nyawa melayang dan 40 orang terluka akibat insiden ini.
Hingga kini, penyelidikan masih terus berlanjut. Kepolisian dilaporkan sudah menangkap delapan orang terkait insiden ini yang diduga sedang merencanakan aksi teror. Mereka masih menargetkan penggerebekan di lima alamat lain yang tersebar di beberapa penjuru Inggris.