Kebangkitan Warga London Pasca-serangan Teror

CNN Indonesia
Jumat, 24 Mar 2017 17:35 WIB
Ribuan warga London dan sejumlah pejabat publik berkumpul di alun-alun kota menunjukkan rasa belasungkawa dan solidaritas terhadap para korban teror.
Ribuan warga London dan sejumlah pejabat publik berkumpul di alun-alun kota menunjukan rasa belasungkawa dan solidaritas terhadap para korban teror. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sehari pasca teror menggemparkan London, ribuan warga memadati Trafalgar Square yang berjarak sekitar satu kilometer dari kompleks gedung parlemen dan Jembatan Westminster, tempat di mana insiden berdarah yang menewaskan lima orang terjadi.

Sebagian orang membawa buket dan sebagian lainnya menyalakan lilin-lilin di tempat tersebut sebagai simbol berbelasungkawa kepada para korban dan keluarga yang terdampak serangan teror pada Rabu (23/3) itu.

Wali Kota London Sadiq Khan bersama Menteri Dalam Negeri Amber Rudd dan sejumlah anggota polisi serta tokoh lintas agama turut berkumpul di jantung kota tersebut untuk menunjukkan rasa berkabung sekaligus solidaritas kemanusiaan kepada dunia.
"Kami datang ke sini sebagai Londoners malam ini untuk mengingat mereka yang kehilangan nyawa dan mereka yang terkena dampak serangan mengerikan kemarin. Tapi di sini kami juga ingin menegaskan bahwa kami, Londoners, tidak akan pernah takut pada terorisme," ungkap Khan di depan massa, Jumat (24/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aksi solidaritas malam itu tak hanya dipenuhi warga London, tapi juga warga dari seluruh penjuru Inggris dan bahan para pendatang asing. Salah satunya Rossister, yang baru saja pindah ke London dari Dublin pada November lalu.

"Biasanya saya hanya menunjukkan solidaritas dengan membantu secara finansial. Tapi hari ini saya ikut hadir untuk menyebarkan pesan jelas bahwa kami tidak takut. Dunia adalah tempat yang berbahaya, tapi saya ingin publik tahu bahwa kita semua bersama-sama menghadapi ini," tutur perempuan berusia 24 tahun itu.

Selain Rossister, seorang pria paruh baya bernama John Loughrey berjalan dari Downing Street ke Trafalgar Square hanya untuk menaruh 22 buah lilin dan menyalakannya. Meski angin dingin terus menghempaskan lilin, ia terus berupaya menyalakannya kembali.
"Saya nyalakan 22 lilin ini menandai waktu serangan terjadi. Warga London harus bangkit seperti biasa. Kita tidak bisa membiarkan teroris menang," katanya sambil berlutut, menghormati para korban yang tewas.

Tak jauh dari Trafalgar Square, sekelompok pria berkumpul mengenakan kaus biru bertuliskan #IAmAMuslim sambil memegang spanduk "Cinta untuk Semua, Kebencian Tidak untuk Siapapun."

Imam Abdul Quddus, 27, yang tergabung dalam kelompok berkaus biru itu, menuturkan aksinya ini ditujukan untuk meluruskan pandangan warga London untuk tidak menghubungkan serangan teror dan agamanya.

Kepada CNN, Quddus mengatakan, menjadi seorang warga Inggris dan memeluk agama Islam bukan hal yang bertentangan.

[Gambas:Video CNN]

"Sangat disayangkan hal seperti ini terus terjadi dan sering disangkutpautkan dengan Islam. Penting bagi saya untuk datang ke sini demi meluruskan bahwa Islam tidak seperti yang kelihatannya," ungkapnya.

Serupa dengan Quddus, Lipa Nessa, 18, mengatakan penting baginya sebagai seorang Muslim untuk turut serta dalam aksi solidaritas ini.

"Sebagai Muslim, saya merasa harus datang ke sini dan menunjukkan bahwa tidak ada hal yang dapat memecah-belah warga. Kita semua bersatu bersama untuk membuat London lebih kuat," tutur mahasiswi jurusan olah raga di salah satu univeristas di London itu.

Salah satu slogan yang terpampang dalam aksi solidaritas bagi para korban teror London Foto: REUTERS/Hannah McKay
Salah satu slogan yang terpampang dalam aksi solidaritas bagi para korban teror London


Bagi sebagian orang, peristiwa teror di gedung parlemen Rabu lalu seakan membawa kembali luka lama terkait aksi teror di negara itu.

Sebab, London cukup memiliki sejarah mengenai terorisme. Yang masih membekas adalah insiden bom di Kota Manchester oleh Pasukan Sementara Irlandia (IRA) pada Juni 1996, meski tak ada korban tewas dalam insiden itu.

Pada Juli 2005, bom di pusat London yang menargetkan alat transportasi publik warga dan menewaskan 56 orang, juga turut menambah luka kelam warga London terhadap terorisme.

"Saya sudah tinggal di London sejak 1975 jadi saya merasakan persis teror IRA. Namun besarnya kecintaan saya pada kota ini tak tergoyahkan. Saya cinta London. Saya tidak dapat membayangkan tempat lain untuk menjadi rumah saya," kata seorang warga lain, Jennifer Richards, 67.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER