Akhir Tragis Khalid Masood, Guru Religius dari Kent

CNN Indonesia
Sabtu, 25 Mar 2017 15:42 WIB
Khalid Masood, 52, dikonfirmasi kepolisian Inggris sebagai pelaku serangan teror di Jembatan Westminster, dekat Gedung Parlemen, Rabu (22/3) lalu.
Kepolisian Inggris merilis foto Khalid Masood, pelaku serangan teror di Gedung Parlemen Inggris, Rabu (22/3) lalu. (REUTERS/Metropolitan Police/Handout)
Jakarta, CNN Indonesia -- Khalid Masood, pria Inggris berusia 52 tahun dikonfirmasi kepolisian sebagai pelaku serangan teror di Jembatan Westminster, dekat Gedung Parlemen, Rabu (22/3) lalu.

Melansir AFP, polisi menyebut Masood punya sejarah kriminal dan pernah diperiksa agen rahasia Inggris, terkait potensi pelaku teror.

Padahal, di kalangan teman-teman dan tetangganya, Masood yang merupakan mualaf, dikenal sebagai orang yang ramah dan religius.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dia orang yang baik. Saya sering melihatnya berkebun,” kata Iwana Romek, salah seorang tetangga Masood di Birmingham.

“Dia punya istri berkebangsaan Asia dan anak kecil yang masih sekolah.”


Namun, Romek, yang diwawancarai Birmingham Mail, mengatakan bahwa Masood dan keluarganya mendadak pindah pada Desember lalu, tanpa berpamitan.

Belakangan diketahui bahwa Masood tinggal di sebuah apartemen dekat restoran Persia dan gerai Pizza di daerah elit di Edgbaston. Di juga disebut merupakan ayah dari tiga anak.

Di sisi lain, Masood juga punya beberapa nama alias yang bisa dikaitkan dengan kejahatan, kendati tidak berhubungan dengan terorisme.

Masood, terlahir dengan nama Adrian Russell Ajao pada 1964 di Kent, selatan Inggris, namun tumbuh besar di Rye. Kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai pengusaha tekstil, hijrah ke Wales, dan Masood pindah ke Birmingham, dimana polisi melakukan investigasi terkait serangan teror di Gedung Parlemen.

Teman sekolah Masood mengatakan pada Daily Mail bahwa dia merupakan siswa yang populer dan berprestasi, dalam pelajaran juga olahraga. Selain itu, Masood juga dikenal sebagai pribadi yang ceria.

Lulus sekolah, Masood bekerja selama 12 tahun di perusahaan pembersihan kimia. Dia juga pernah menjadi guru Bahasa Inggris selama empat tahun, dari 2005-2009 di Arab Saudi.


“Saat bekerja di Arab Saudi, Khalid Masood tidak punya catatan kriminal,” tulis Kedutaan Besar Arab Saudi di London.

Tapi, tidak demikian dengan di Inggris. Pihak kepolisian mencatat beberapa laporan kekerasan yang dilakukan Masood, antara tahun 1983 dan 2003. Dia juga diketahui memiliki senjata tajam dan melakukan keonaran.

Alias lain yang juga dimiliki Masood adalah Adrian Elms, yang pernah dia gunakan pada tahun 2000. Saat menggunakan nama Elms, dia pernah dihukum penjara selama 2 tahun karena melukai wajah seorang pria dengan pisau.

Perdana Menteri Theresa May mengatakan Masood pernah diperiksa oleh MI5 terkait kekerasan ekstrem. Namun, tidak termasuk dalam daftar pelaku teror.

Keamanan di sekitar Gedung Parlemen semakin diperketat usai serangan teror yang terjadi Rabu (22/3) lalu.Keamanan di sekitar Gedung Parlemen semakin diperketat usai serangan teror yang terjadi Rabu (22/3) lalu. (REUTERS/Neil Hall)

Akhir Tragis


Di malam sebelum serangan, Masood tinggal di sebuah hotel di Brighton, dimana dia beralasan tengah mengunjungi teman.

Masood menyewa kendaraan yang dia gunakan untuk menyerang para pejalan kaki dan menewaskan empat orang di antaranya. Dia kemudian berusaha menerobos masuk ke Gedung Parlemen Inggris dengan membawa pisau. Dia menikam petugas polisi hingga tewas dan kemudian ditembak mati oleh petugas lainnya.

Sauber Toumi, manager Preston Park Hotel, tempat Masood menginap, mengonfirmasi hal itu.

“Dia sangat ramah, banyak becanda dan tertawa. Dia juga bercerita soal keluarganya di Birmingham,” kata Toumi pada Sky News.


“Sangat mengejutkan bahwa dia ternyata pelaku penyerangan itu. Sekarang ini, sulit membedakan siapa yang baik dan yang jahat. Dia seperti orang-orang lain yang menginap di hotel.”

Adapun, ISIS mengklaim bahwa salah satu ’serdadu’ mereka yang melakukan serangan di Gedung Parlemen.

"Pelaku penyerangan di depan Gedung Parlemen Inggris di London adalah seorang tentara ISIS dan dia melaksanakan operasi sebagai respons seruan kami untuk mengincar warga dari negara-negara koalisis," kata pernyataan media propaganda ISIS, Amaq, dikutip Reuters, Kamis (23/3).

Namun, polisi masih mendalami klaim tersebut dan mencari tahu apakah Masood terinspirasi oleh propaganda teroris, atau ada orang lain yang mendorong, mendukung atau mengarahkan dia.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER