Jakarta, CNN Indonesia -- Komandan teratas pasukan AS di Timur Tengah menyebut kematian warga sipil dalam serangan udara baru-baru ini di Mosul, Irak, sebagai "tragedi yang sangat buruk." Namun, dia enggan mengakui bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
"Kami sedang menyelidiki insiden tersebut untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi dan akan terus mengambil langkah luar biasa untuk menghindari korban sipil," kata Jenderal Joseph Votel, yang mengepalai Komando Pusat AS, Senin (27/3).
"Kami akan terus memprioritaskan perlindungan warga Irak dalam semua operasi," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan Irak, didukung serangan udara dari koalisi internasional yang memerangi ISIS di bawah pimpinan Amerika Serikat, terlibat dalam pertempuran sengit dalam merebut kota terbesar kedua di negeri berkonflik itu.
Meski sejumlah laporan sudah menyebut serangan udara koalisi di Mosul ini memakan banyak korban sipil, Irak pun tetap melakukan penyelidikan tersendiri, kata seorang juru bicara militer di di Baghdad.
Jumlah korban--yang dilaporkan berkisar antara puluhan hingga ratusan--hingga kini masih belum bisa dipastikan secara independen.
Namun, Brigadir Jenderal Yahya Rasool, juru bicara Komando Operasi gabungan, mengatakan kepada
AFP bahwa pihaknya mencurigai ISIS sengaja mengumpulkan warga sipil dan meledakkan bom mobil di dekat lokasi untuk memfitnah pasukan Irak.
Pasukan yang dipimpin AS menyatakan peristiwa jatuhnya korban sipil ini terjadi dalam serangan udara yang dilakukan pada 17 Maret di Mosul bagian barat.
[Gambas:Video CNN]Di sisi lain, sejumlah pejabat Irak merujuk pada lebih dari satu serangan.
Di al-Jadida, lokasi di mana para warga sipil dilaporkan terkena serangan udara koalisi, pasukan pertahanan Irak dan para relawan terus berupaya untuk mengangkat jenazah dari tengah-tengah reruntuhan rumah.
Seorang juru foto
AFP melihat petugas dan relawan menggali di sisa-sisa bangunan untuk mencari jenazah dari setidaknya enam rumah yang luluhlantak.
Jenazah 12 orang--termasuk perempuan dan anak-anak--di tempatkan di kantong jenazah berwarna biru.
Lebih dari 200 ribu warga sipil melarikan diri dari barat Mosul sebulan belakangan, kata otoritas Irak.
Ratusan ribu warga sipil lain masih terperangkap, terjebak di antara pasukan Irak yang begerak menyerang dan pasukan ISIS yang terus mempertahankan diri.