Jakarta, CNN Indonesia -- Sembilan warga negara Malaysia yang sempat disandera kebijakan imigrasi Korea Utara karena kasus pembunuhan Kim Jong-nam akhirnya tiba di Kuala Lumpur.
Menggunakan pesawat militer, mereka tiba pada 5.00 waktu setempat, Jumat (31/3). Para staf Kedubes Malaysia itu tidak diperbolehkan pergi meninggalkan Korut karena kedua negara terlibat perselisihan diplomatik akibat pengembalian jenazah kakak tiri Kim Jong-un.
Jong-nam diduga dibunuh menggunakan racun syaraf VX pada 2013 lalu di Bandara Internasional Kuala Lumpur, memicu perselisihan antara kedua negara yang juga sudah saling usir duta besar ini.
Menteri luar Negeri Anifah Aman, menunggu di bandara di Kuala Lumpur bersama anggota keluarga, mengatakan diplomasi telah membawa dampak baik buat Malaysia dan penyelidikan kasus Jong-nam akan terus berlangsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diplomasi tidak tergantikan, untuk kesetaraan dalam menghadapi situasi seperti ini, dan ini telah membawa dampak baik untuk Malaysia," kata dia sebagaimana dikutip
The Straits Times.
Mohd Nor Azrin Md Zain, konsul di kedutaan Malaysia di Puongyang, mengatakan kesembilan orang tersebut "sangat khawatir" ketika larangan bepergian diterapkan. Namun, mereka tidak mengalami perlakuan buruk dari otoritas Korut.
Dia juga mengatakan staf dari kedutaan lain menawarkan bantuan untuk membawa makanan dan pasokan lain dari Beijing.
Kesepakatan diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan dikonfirmasi oleh media pemerintah Korea Utara, semalam. Kedua negara menyatakan akan mencabut larangan bepergiannya dan Kuala Lumpur akan mengembalikan jenazah Jong-nam ke Pyongyang.
Menyusul kesepakatan antara kedua negara, Kamis, Najib berkicau, "krisis diplomatik sudah berakhir."
Korea Selatan menyalahkan Pyongyang atas pembunuhan Jong-nam, tapi negara terisolasi itu menampik dan tak pernah memastikan identitas korban. Pria yang diyakini otoritas Malaysia sebagai Jong-nam itu membawa paspor atas nama Kim Chol saat dibunuh.
Pyongyang telah mengecam investigasi Malaysia sebagai upaya untuk mencemarkan nama pemerintahan Jong-un, berkeras bahwa ia tewas karena serangan jantung.
Kasus pembunuhan ini memicu perselisihan pelik antara Malaysia dan Korea Utara, yang telah mengusir masing-masing duta besar dan melarang warga negara pergi ke luar negeri.