Jakarta, CNN Indonesia -- Bom bunuh diri di metro atau kereta bawah tanah di St. Petersburg, Rusia, Senin (3/4), sempat mengacaukan keseharian di kota tersebut. Namun, situasi itu justru membuat warga di kota itu bersatu.
Seorang warga St. Petersburg, Grigory Nikiforov (29), mengatakan bahwa meskipun sejumlah jalur kereta sudah dibuka, banyak orang masih khawatir menggunakan metro setelah insiden yang menewaskan 14 orang dan melukai lebih dari 50 orang itu terjadi. Warga pun saling bantu dengan menawarkan tumpangan.
“Banyak taksi yang menawarkan perjalanan gratis, begitupun rental mobil. Selain itu, orang-orang di media sosial juga menuliskan ke mana tujuan mereka dengan tagar #domoj (#pulang) dan yang lain akan membalas dan menawarkan tumpangan gratis,” ujar Grigory kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (4/4).
 Tampilan peta bantuan tumpangan. (Dok. Istimewa) |
Sampai saat ini, aksi solidaritas tersebut masih berjalan. Banyak warga yang memanfaatkan bantuan ini untuk beraktivitas, seperti pergi ke kantor atau kuliah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pemerintah Rusia masih menyelidiki penyebab ledakan. Menurut sumber di kalangan penegak hukum, ledakan ini dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri.
Otoritas keamanan Kyrgyzstan mengumumkan bahwa pelaku adalah Akbarzhin Jalilov. Ia merupakan warga negara Rusia yang lahir di Kota Osh, Kyrgyzstan, pada 1995.
Pernyataan ini diumumkan tak lama setelah Komite Keamanan Nasional Kazakhstan (KNB) yang bekerja sama dengan Moskow menyatakan bahwa pelaku merupakan seorang warga Rusia yang berasal dari negara di Asia Tengah.
Sejauh ini, masih belum ada pernyataan resmi dari pemerintah terkait pelaku insiden yang kini tengah diselidiki sebagai "aksi teror" ini.
"Alasan dari ledakan ini belum diketahui. Jadi masih terlalu awal bicara soal itu. Investigasi akan menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi," kata Presiden Rusia Vladimir Putin.