Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika seorang warga Inggris yang terinspirasi ISIS menabraki pejalan kaki dan menewaskan empat orang di London, 22 Maret lalu, aksi solidaritas berlangsung di penjuru Eropa.
Namun, lain cerita dengan teror Rusia yang memakan 14 korban jiwa, dua hari lalu.
Pascaserangan London, menara Eiffel dipadamkan sejenak, seperti dalam beberapa kesempatan lain beberapa tahun ini ketika Perancis menetapkan hari berkabung akibat aksi teror.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Jerman, bendera Inggris disorotkan ke Gerbang Bradenburg di Berlin sebagai bentuk solidaritas untuk warga Inggris yang kala itu diselimuti ketakutan.
Namun, ketika Rusia yang berkabung karena kehilangan belasan nyawa dalam serangan bom di kereta bawah tanah Saint Petersburg, respons dari negara-negara Eropa dapat dikatakan sangat minim.
Ketiadaan aksi solidaritas ini membuat banyak orang, yang kebanyakan warga Rusia, menyuarakan kegelisahan melalui media sosial dengan tagar #PrayforStPetersburg.
Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, telah berulang kali memadamkan lampu Eiffel di masa lalu--tidak hanya menanggapi serangan teror domestik atau di Eropa, tapi juga sebagai aksi solidaritas untuk warga Aleppo yang dilanda konflik.
Pada Selasa sore, kantor Hidalgo mengonfirmasi kepada
CNN akan sekali lagi menyelimuti menara itu dengan kegelapan di tengah malam, dalam rangka berkabung atas serangan St Petersburg.
Namun, masih banyak pihak yang mempertanyakan respons internasional akan serangan ini. Blogger Cristiano Alves berkicau, "aneh sekali bagaimana berbedanya dari serangan Paris, Facebook tidak membuat filter dengan warna benderal Rusia."
Dia merujuk pada tanggapan raksasa media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk menambahkan bendera Perancis pascateror Paris, tahun lalu.
Di Rusia, hari berkabung selama tiga hari untuk para korban dimulai pada Selasa, ketika Presiden Vladimir Putin menaur bunga di memorial di stasiun bawah tanah Institut Teknologi St Petersburg.
Sementara itu, Jerman belum menunjukkan tanda-tanda akan menyorot Gerbang Bradenburg dengan bendera Rusia. Juni lalu, gerbang tersebut disorot dengan bendera warna-warni untuk menghormati korban LGBT di penembakan kelab malam Orlando.
Pada Januari, bendera Israel disorotkan setelah sekelompok tentara di Yerusalem ditabrak truk. Peristiwa ini menewaskan empat dan melukai 10 orang.
Juru bicara Senat Berlin mengatakan kepada RBB bahwa Bradenburg hanya akan disorot dengan sinar khusus untuk korban teroris dalam kasus luar biasa atau di "kota rekanan."
Mengingat Berlin pernah melanggar aturan ini di masa lalu, muncul pertanyaan soal serangan St Petersburg yang sejauh ini seolah tidak diakui. CNN telah meminta komentar otoritas Berlin namun belum mendapat jawaban.
"Argumen seperti ini tidak terhindarkan. (Bendera Inggris) di Gerbang Brandenburg untuk serangan London, tapi tidak ada apa-apa untuk St Petersburg," kata penulis Jon Worth yang berbasis di Berlin.
Israel adalah satu di antara sedikit negara yang menghormati korban serangan St Petersburg secara publik, sejauh ini. Pada Senin malam, Balai Kota Tel Aviv menyala dengan warna khas kebangsaan Rusia.
Wali Kota Ron Huidal, melalui akun Twitter, menulis "sebagai bentuk solidaritas untuk teman kita di Saint Petersburg, balai kota Tel Aviv dinyalakan dengan warna bendera Rusia."
Meski sedikit aksi solidaritas, dukungan dari pemimpin Eropa yang mendoakan Putin tetap membanjiri dunia maya. Kremlin sebelumnya menyatakan Presiden Perancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel telah menyampaikan bela sungkawa.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk menulis di akun Twitter-nya untuk mendoakan para korban. "Turut berduka untuk para korban ledakan kereta bawah tanah St Petersburg beserta keluarga dan orang-orang terkasih."