Rusia dan Iran Ancam AS Jika Kembali Serang Suriah

CNN Indonesia
Senin, 10 Apr 2017 21:02 WIB
Rusia dan Iran mengatakan akan mengambil 'tindakan tegas' jika Amerika Serikat kembali melakukan tindakan gegabah dan menyerang Suriah.
Rusia dan Iran mengancam akan melakukan tindakan tegas jika AS kembali serang Suriah. (Norwegian Royal Airforce/NTB Scanpix/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat tiba-tiba menembakkan 59 misil Tomahawk ke pangkalan militer Shayrat di Suriah, Jumat (7/4) sebagai respons atas serangan senjata kimia yang menewaskan 90 orang, termasuk anak-anak, di Idlib.

AS meyakini rezim Assad berada di balik serangan keji tersebut, kendati Presiden Bashar al-Assad langsung menyanggah hal itu.

Banyak negara mengacungkan jempol atas intervensi militer AS, termasuk Israel dan Arab Saudi, namun Iran dan Rusia justru mencibir. Mereka menganggap aksi AS gegabah dan melanggar ‘garis merah’.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapi agresi AS, Pusat Komando Gabungan Assad dan sekutunya di Suriah, segera memberi pernyataan bersama.

“Apa yang dilakukan Amerika Serikat lewat serangan udara ke Suriah adalah pelanggaran garis merah. [Jika hal itu kembali terjadi] kami akan merespon dengan tindakan tegas untuk setiap agresi atau pelanggaran garis merah, dari siapapun, dan Amerika tahu kemampuan kami untuk merespon dengan baik," demikian pernyataan dari Pusat Komando Gabungan Suriah, dilaporkan AFP.


Pusat Komando Gabungan itu menyebut bahwa serangan misil AS tidak akan mengendurkan upaya ‘membebaskan’ Suriah. Selain itu, kehadiran militer AS di utara Suriah juga dianggap sebagai ‘pekerjaan’ ilegal.

Bahkan, Putin dan Pemimpin Iran, Hassan Rouhani, telah meminta adanya penyelidikan guna menginvestigasi lebih jauh serangan kimia tersebut.

Di sisi lain, Presiden Donald Trump menyebut serangan AS ke pangkalan militer Shayrat, dekat Holms, adalah tindakan yang ‘mewakili dunia’.

Pangkalan militer Shayrat diduga digunakan pasukan militer Suriah untuk menembakkan senjata kimia berupa gas beracun sarin, ke Khan Sheikhoun.

Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Presiden Rusia Vladimir Putin membantah telah melakukan serangan kimia yang menewaskan 90 orang di Idlib, termasuk anak-anak.Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Presiden Rusia Vladimir Putin membantah telah melakukan serangan kimia yang menewaskan 90 orang di Idlib, termasuk anak-anak. (Foto: Alexei Druzhinin/RIA Novosti/Kremlin)

‘Rusia Harus Bertanggung Jawab’

Adapun Menteri Pertahanan Inggris Sir Michael Fallon mengatakan bahwa Rusia, yang mendukung penuh pemerintahan Assad, harus bertanggung jawab atas serangan senjata kimia di Idlib.

“Moskow bertangung jawab terhadap semua nyawa yang hilang di Khan Sheikhoun,” kata Falcon.

Damaskus dan Moskow membantah tudingan tersebut. Mereka juga menegaskan bahwa seluruh senjata kimia yang dimiliki rezim Assad sudah dihancurkan pada 2013 silam, di bawah perjanjian internasional. Assad dan sekutunya mengklaim bahwa serangan itu dilakukan kelompok pemberontak.


Di sisi lain, pakar senjata menyebut bahwa fasilitas di pangkalan militer Shayrat terbukti telah menembakkan senjata kimia. Hal itu membuat AS, Inggris dan Perancis semakin yakin bahwa Assad melakukan pembunuhan massal terhadap warganya sendiri.

Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan bantahan. Mereka mengklaim serangan udara Suriah dari Shayrat ditujukan pada 'teroris' dan menghantam gudang yang memproduksi dan menyimpan gas beracun, yang diduga akan dikirimkan ke Irak. Hingga saat ini, Khan Sheikhoun sendiri masih diduduki kelompok jihadis.

Selain itu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan Moskow gagal menjalankan perjanjian internasional pada 2013 untuk menghancurkan seluruh senjata kimia di Suriah.

“Kegagalan itu berkaitan dengan serbuan yang dilakukan AS dan serangan senjata kimia itu juga secara garis besar karena Rusia gagal menjalankan perannya sebagai bagian dari komunitas internasional,” ujar Tillerson dalam wawancaranya dengan ABC.

Tillerson akan segera bertolak ke Moskow untuk berbicara dengan otoritas Rusia. Dia berharap Kremlin bisa bertindak lebih tegas terhadap Suriah dan mempertimbangkan kembali aliansinya dengan Assad.

“[Karena] setiap kali serangan keji terjadi, itu membuat Rusia terlibat semakin dalam dan harus ikut bertanggung jawab,” tuturnya.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER