Jakarta, CNN Indonesia -- Negara G-7 terdiri dari Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat mendesak penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan menekankan tidak akan ada solusi perdamaian di negara itu jika Assad masih berkuasa.
“Para menteri luar negeri [G-7] sepakat bahwa tidak ada masa depan yang memungkinan bagi Suriah bersama Bashar al-Assad,” ucap Menlu Perancis Jean-Marck Ayrault kepada wartawan usai menghadapi pertemuan Menlu G-7 di Italia, Selasa (11/4).
Wacana penggulingan Assad kian menguat di kalangan negara Barat menyusul dugaan penggunaan senjata kimia oleh pasukan Suriah untuk melawan pemberontak, pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan itu, Ayrault juga menekankan Rusia untuk mengakhiri dukungannya terhadap rezim Assad selama ini.
“Cukup sudah. Kita harus akhiri kemunafikan selama ini dan kembali pada tujuan awal dalam melakukan proses politik. Ini bukan sikap agresif terhadap Rusia, tapi lebih pada menegaskan tujuan yang jelas dalam situasi ini” tutur Ayrault.
Seperti diberitakan
AFP, negara Barat juga menekan Rusia agar bisa mengendalikan Suriah dan menghentikan penggunaan senjata kimia oleh rezim Assad.
Sejak senjata kimia diduga menyerang salah satu wilayah pemberontak di Kota Khan Sheikhun, Provinsi Idlib, pada Selasa (4/4) siang, negara Barat menyalahkan Assad atas serangan ini.
Negara Barat bahkan menganggap Assad sebagai penjahat perang. Sebab, insiden serangan kimia ini memakan sedikitnya 80 korban tewas, termasuk puluhan anak-anak.
Syrian Observatory for Human Rights melaporkan, kebanyakan korban tewas dan terluka adalah warga sipil. Puluhan orang lain juga dikabarkan mengidap gangguan pernapasan akibat serangan ini.
Menanggapi insiden ini, Washington akhirnya meluncurkan puluhan rudal Tomahawk ke salah satu situs angkatan udara Suriah di Homs pada Jumat (7/4).
Langkah militer ini merupakan aksi keras AS pertama terhadap Suriah.