Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence, memperingatkan Korea Utara untuk tidak menantang Presiden Donald Trump yang belakangan ini menunjukkan kekuatannya dengan serangan rudal di Suriah dan bom di Afghanistan.
"Dalam dua pekan belakangan, dunia menyaksikan kekuatan dan solusi dari presiden baru kami dalam tindakan di Suriah dan Afghanistan. Korea Utara sebaiknya tidak menantang dia [Presiden Donald Trump] atau kekuatan pasukan bersenjata AS di kawasan ini," ujar Pence.
Pernyataan ini dilontarkan oleh Pence saat berkunjung ke Korea Selatan untuk membicarakan situasi kawasan yang memanas pasca serangkaian uji coba rudal Korut. Dunia pun khawatir Korut akan melakukan uji coba nuklir lanjutan.
Dalam kunjungannya kali ini, Pence mengatakan bahwa ia masih berharap ada solusi damai untuk menghadapi Korut dan ambisi nuklirnya ini. Namun, ia juga memastikan bahwa kini negaranya sudah mempersiapkan sejumlah langkah lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pence mengatakan, era "kesabaran strategis" AS sudah habis setelah dua dekade mencoba bernegosiasi dengan Korut.
"[Korut] menjawab kesabaran kami dengan penipuan yang disengaja, mengingkari janji, dan melakukan uji coba rudal dan nuklir," tutur Pence, sebagaimana dikutip
Reuters.
Ia pun mengajak masyarakat internasional untuk berdiri bersama, mendesak Korut untuk menghentikan program rudal balistik dan senjata nuklirnya.
"Sangat menggembirakan jika China juga mengambil tindakan seperti ini. Namun, AS keberatan dengan balas dendam China terhadap Korsel karena mengambil langkah yang tepat untuk melindungi diri," kata Pence.
Langkah Korsel yang dirujuk oleh Pence adalah keputusan untuk mengerahkan sistem pertahanan rudal (THAAD) milik AS di wilayahnya.
Sistem itu memang dikerahkan untuk melindungi Korsel dari ancaman nuklir Korut, tapi China mengkhawatirkan radar THAAD yang diduga bisa mencapai ke wilayahnya.