Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Israel meyakini pasukan Presiden Bashar al-Assad masih memiliki beberapa ton senjata kimia, menyusul dugaan penggunaan gas beracun oleh militer Suriah untuk menyerang salah satu wilayah pemberontak di Provinsi Idlib sekitar awal April lalu.
"Beberapa ton senjata kimia masih dimiliki pasukan Assad," tutur seorang perwira militer Israel kepada wartawan, Kamis (20/4).
Mengutip sejumlah laporan media lokal, sumber militer yang tak ingin diungkapkan identitasnya itu memperkirakan Suriah masih memiliki sedikitnya tiga ton senjata kimia, meski telah setuju menghancurkan senjata mematikan itu dalam kesepakatan yang digagas Amerika Serikat dan Rusia pada 2013 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan ini muncul setelah di hari yang sama, Organisasi Internasional Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) menyimpulkan bahwa gas sarin atau zat sejenis lain yang masuk kategori kimia beracun digunakan dalam serangan yang menewaskan sedikitnya 80 orang termasuk warga sipil dan puluhan anak-anak di Suriah itu.
Kesimpulan OPCW ini seakan mendukung tudingan Israel serta sejumlah negara Barat terhadap Assad, sekaligus hasil penyelidikan yang telah dilakukan sejumlah laboratorium di Inggris dan Turki.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault bahkan menegaskan, intelijen negaranya sanggup memaparkan bukti penggunaan senjata kimia oleh rezim Assad ini hanya dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman, merasa "100 persen" yakin bahwa serangan pada 4 April itu diperintahkan dan direncanakan langsung oleh Assad.
Diberitakan
Reuters, Israel telah lama memantau perang sipil di Suriah, tetangganya di utara Israel tak terlalu vokal melibatkan diri dalam konflik sipil yang telah berjalan enam tahun itu.
Tel Aviv dilaporkan pernah sesekali meluncurkan serangan udara ke wilayah Suriah, menyusul munculnya sejumlah aktivitas yang mereka anggap sebagai pergerakan senjata ke tangan militan Libanon Hizbullah yang didukung Iran.