Jakarta, CNN Indonesia -- Profesor ilmu hubungan internasional dari Universitas Bina Nusantara (Binus), Tirta N Mursitama, mengatakan lawatan Wakil Presiden Mike Pence ke Jakarta pada 20-21 April ini menandakan posisi Indonesia yang masih berpengaruh bagi Amerika Serikat.
Tirta menuturkan, dalam kunjungan Pence ini Washington menaruh harapan bagi Indonesia untuk berperan lebih besar di kawasan, khususnya, untuk membendung provokasi China dalam sengketa Laut China Selatan.
"Kunjungan Pence menandakan Indonesia masih penting bagi AS. Lawatan ini juga menggambarkan harapan AS agar RI bisa berperan lebih aktif di kawasan, terutama dalam menangkal gencarnya provokasi China di LCS dan pengaruhnya terhadap ekonomi di Asia Tenggara," kata Tirta kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (20/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) telah menolak klaim China terhadap 90 persen wilayah di LCS, Beijing terus menggencarkan pembangunan pulau dan aktivitasnya di perairan itu. Bahkan sejumlah foto satelit menggambarkan China berhasil menempatkan puluhan hanggar dan radar berkemampuan tinggi di pulau buatan mereka di LCS.
Tirta berujar, Washington masih menganggap Jakarta sebagai jangkar di Asia Tenggara, bahkan Asia secara keseluruhan.
Menurutnya, ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan manfaat lebih besar lagi dari hubungan kedua negara.
Salah satunya, tutur Tirta, kunjungan Pence ini bisa menjadi peluang bagi Presiden Joko Widodo untuk meyakinkan Negeri Paman Sam bahwa Indonesia merupakan negara mitra strategis AS yang semestinya tidak dipandang negatif, khususnya dalam masalah perdagangan.
Komentar ini dilontarkan Tirta menyusul tudingan Trump pada salah satu perintah eksekutifnya yang menyebut Indonesia sebagai salah satu negara curang pembuat defisit neraca perdagangan AS.
"Artinya tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan terhadap kampanye maupun kebijakan Trump selama ini. Bagi Indonesia, ini bisa dimanfaatkan dengan baik, dalam arti mendapatkan keuntungan riil dan positif dari kunjungan ini. Misalnya saja dalam hal perdagangan, investasi, dan industri," kata ketua jurusan HI tersebut.
Ketika ditanya soal kemungkinan Amerika semakin menekan Indonesia terkait sengketa kontrak usaha anak perusahaan tambang AS Freeport McMoran Inc., PT Freeport Indonesia, Tirta menuturkan itu adalah hal biasa.
"Adanya tekanan dari AS terhadap Indonesia terkait bisnis Freeport itu biasa. Kuncinya, sejauh mana Presiden Jokowi bisa meningkatkan daya tawarnya terhadap AS dan Freeport," kata Tirta.
"Jika dia berhasil, Indonesia akan mendapatkan keuntungan diplomatis yang bisa dimaknai [sebagai dampak positif] kepentingan nasional Indonesia," ucapnya menambahkan.