Jakarta, CNN Indonesia -- Strategi Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengatasi masalah nuklir di Korea Utara adalah dengan memperketat sanksi dan Washington menyatakan terbuka untuk bernegosiasi.
"Amerika Serikat mencari stabilitas dan denuklirisasi damai Semenanjung Korea. Kami tetap terbuka untuk bernegosiasi mencapai tujuan tersebut," bunyi pernyataan bersama yang dikutip Reuters, Kamis (27/4).
Pernyataan itu dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, Menteri Pertahanan Jim Mattis dan Direktur Intelijen Nasional Dan Coats.
"Walau demikian, kami tetap bersiap untuk mempertahankan sekutu-sekutu kami," lanjut pernyataan tersebut.
Ketegangan antara Washington dan Pyongyang memuncak beberapa minggu belakangan ini, dengan pengerahan kapal induk dan kapal selam nuklir Amerika Serikat dan uji coba rudal Korea Utara yang berlanjut di bawah sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Korea Utara menyatakan pemimpinnya, Kim Jong-un, memimpin langsung latihan tembak peluru hidup "paling besar sepanjang masa" yang dilakukan dalam rangka peringatan hari jadi ke-85 militernya, dengan lebih dari 300 senjata artileri berkaliber besar mendemonstrasikan kekuatan di tepi timur negara tersebut.
Pyongyang lebih memilih melakukan latihan tembak itu alih-alih uji coba nuklir atau peluncuran rudal jarak jauh, sebagaimana dikhawatirkan di tengah tekanan Amerika Serikat dan China, satu-satunya sekutu besar Korut yang dibuat marah oleh perkembangan senjata negara terisolasi itu.
Amerika khawatir rezim Kim Jong-un akan membuat senjata nuklir yang bisa mencapai ke Negeri Paman Sam dan senjata-senjata yang bisa mengancam sekutu-sekutunya di kawasan, Korea Selatan dan Jepang. Saat ini, Korut sudah dijatuhi sanksi PBB namun masih berkeras mengembangkan senjata nuklirnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT