Korut: Pesawat Pengebom AS Picu Perang Nuklir

CNN Indonesia
Selasa, 02 Mei 2017 16:39 WIB
Kantor berita Korut, KCNA, menganggap pengerahan dua pesawat pengebom AS ke Semenanjung Korea memicu terjadinya perang nuklir di kawasan.
Kantor berita Korut, KCNA, menganggap pengerahan dua pesawat pengebom AS ke Semenanjung Korea memicu terjadinya perang nuklir di kawasan. (Foto: REUTERS/Damir Sagolj)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara menuduh Amerika Serikat kian memicu perang nuklir di kawasan dengan mengerahkan sepasang pesawat pengebom supersonik Lancer B-1B ke dalam rangka latihan bersama angkatan udara Korea Selatan dan Jepang pada Senin (1/5).

Pyongyang mengatakan, latihan militer itu dilakukan "di dekat objek-objek vital" wilayahnya, menyusul pernyataan Presiden Donald Trump yang ingin meluncurkan serangan pertahanan diri membendung ancaman nuklir Korut.

"Provokasi militer yang sembrono ini hanya mendekatkan situasi di Semenanjung Korea ke ambang perang nuklir," ucap kantor berita pemerintahan Kim Jong-un, KCNA, Selasa (2/5).
Menurut angkatan udara AS, dua pesawat pengebom tersebut diterbangkan dari pangkalan militer di Guam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua pesawat militer itu dikerahkan di tengah peningkatan ketegangan kawasan menyusul ambisi program rudal dan nuklir Pyongyang yang kian mengkhawatirkan.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Moon Sang-gyun, mengatakan latihan militer ini digelar untuk mencegah provokasi dan menguji kesiapan menghadapi kemungkinan uji coba nuklir Pyongyang di masa depan.
Dikutip Reuters, di hari yang sama, Trump membuka kemungkinan rencananya untuk bertemu dengan Jong-un, pemimpin tertinggi negara paling terisolasi itu. Trump mengaku merasa "terhormat" jika dirinya bisa bertemu dengan diktaktor muda tersebut.

"Jika ada kesempatan bertemu dengannya, saya akan sangat merasa terhormat untuk melakukannya. Dalam kesempatan yang tepat, saya akan bertemu dengannya," ujar Trump dalam wawancara dengan Bloomberg News, Senin (1/5).

Walaupun begitu, Gedung Putih belum membeberkan rencana pasti pertemuan bersejarah kedua pemimpin negara yang saling bermusuhan ini. Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, menuturkan pertemuan ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena Pyongyang perlu memenuhi sejumlah persyaratan sebelum menggelar pertemuan.
"Jelas, kondisi saat ini belum memungkinkan. Saya tak melihat [pertemuan] ini akan terjadi dalam waktu dekat," tutur Spicer.

Situasi di Semenanjung Korea kian memanas sejak awal 2017 lalu. Korut terus menjadi sorotan setelah pada awal tahun baru lalu, pemimpin tertinggi mereka, Kim Jong-un, memerintahkan penguatan program rudal balistik antarbenua (ICBM) negaranya.

Sepanjang tahun ini, Korut pun sudah meluncurkan sejumlah uji coba rudal, dua di antaranya mencapai perairan di dekat wilayah Jepang.
Korut kembali menguji coba sistem rudalnya pada Minggu (16/4) meski berakhir gagal. Peluncuran rudal ini dilakukan sehari setelah Pyongyang menggelar parade militer besar-besaran dengan menampilkan hampir 60 rudal balistik ICBM, di hari ulang tahun ke-105 Kim Il-Sung, pendiri negara terisolasi itu.

Merespons tindakan agresif Pyongyang, Washington pun akhirnya mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson ke dekat perairan Korut. Kapal induk itu membawa sedikitnya 60 pesawat tempur dan ribuan pasukan angkatan laut AS.

Sebuah kapal selam pembawa peluru kendali milik AS, USS Michigan, pun telah berlabuh di Busan, Korsel, sejak Selasa (25/4) bersamaan dengan peringatan hari jadi militer Korut.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER