Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah prediksi awal memaparkan, dukungan suara bagi politikus ekstrem kanan Marine Le Pen dalam putaran kedua pemilu presiden Perancis, Minggu (7/5), hampir separuhnya datang dari pemuda.
Sekitar 44 persen kalangan muda berusia 18-24 tahun dilaporkan mendukung pemimpin Partai Front Nasional (FN) tersebut, paling besar dibandingkan pemilih dari rentang umur lainnya.
Sementara itu, hanya 20 persen dari total dukungan yang diraih Le Pen berasal dari kalangan pemilih berusia 65 tahun ke atas.
Le Pen harus menelan pil pahit setelah perjuangan beratnya menjadi presiden perempuan pertama kandas dikalahkan oleh politikus berhaluan tengah, Emmanuel Macron, dalam pemilu presiden putaran kedua kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah perolehan suara sementara menunjukkan, perempuan 48 tahun itu menerima sekitar 11 juta suara, mengungguli jumlah dukungan ayahnya, Jean-Marie Le Pen, yang hanya berhasil meraup 4,5 juta dukungan dalam pemilu 2002 lalu.
Namun, jumlah suara tersebut tak cukup membawa wanita tiga anak itu meraih kursi di Istana Elysee. Secara keseluruhan, Macron berhasil mengamankan 64 persen suara dari sekitar 42 juta pemilih, mengalahkan Le Pen yang hanya berhasil mendulang 35 persen dukungan.
Diberitakan
The Independent, Senin (8/5), jajak pendapat terbaru memperkirakan, Macron diuntungkan oleh dukungan jutaan pemilih yang berupaya mencegah Le Pen memenangkan pemilu.
Menurut Ipsos, 43 persen pemilih berhaluan tengah memilih Macron untuk menghentikan langkah FN.
Berdasarkan prediksi awal, Le Pen berhasil menarik dukungan lebih banyak dari kaum wanita daripada pemilih pria. Dia juga berhasil meraih hampir dua per tiga (63 persen) dukungan dari kaum pekerja manual.
Kesuksesan Le Pen meraup banyak dukungan pemuda diprediksi bisa meningkatkan prospeknya untuk kembali bersaing dalam pemilu 2022 mendatang.
Eks pemimpin Partai UKIP, Nigel Farage--yang selama ini mempromosikan pencalonan Le Pen--bahkan memprediksi perempuan itu sanggup memenangi pemilu lima tahun mendatang.
Dalam pidato kekalahannya, Le Pen berjanji merombak partainya, dengan mengubahnya menjadi oposisi utama bagi pemerintahan baru ditangan Macron.
Dengan euroskeptisme dan anti-imigrasinya, FN kini berfokus menghadapi pemilu parlemen pada Juni mendatang.