Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Jaksa Agung Amerika Serikat era Barack Obama, Sally Yates, mengaku sudah memperingatkan Gedung Putih mengenai risiko penasihat keamanan pilihan Donald Trump, Michael Flynn, dimanfaatkan oleh Rusia, enam hari sebelum pelantikan.
"Kami meyakini Flynn bekerja sama dengan hormat bersama Rusia," ujar Yates dalam sidang di hadapan komite Kehakiman Senat, Senin (8/5), sebagaimana dikutip
Reuters.
Yates mengatakan, pihaknya juga sudah memberi tahu kecurigaan bahwa Rusia pun sebenarnya mengetahui sikap Flynn, sehingga posisinya bisa dimanfaatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini menyebabkan situasi yang dapat dikompromikan, situasi di mana penasihat keamanan nasional dapat dimanfaatkan oleh Rusia," ucap Yates.
Namun, Yates bungkam ketika ditanya lebih lanjut karena menurutnya, proses penyelidikan masih berlangsung. Selain itu, ia juga sudah tidak lagi menjabat sebagai jaksa agung setelah dipecat Trump pada 30 Januari lalu.
Ia hanya menyayangkan, butuh waktu 18 hari hingga akhirnya Flynn mengundurkan diri dari jabatannya, padahal isu mengenai hubungan kedua pihak ini sudah santer terdengar sejak Trump dilantik.
Saat itu, intelijen mulai terbuka mengenai penyelidikan mereka atas sejumlah orang pilihan Trump yang dicurigai berhubungan langsung dengan pihak di Rusia.
Flynn sendiri dilaporkan beberapa kali berbincang langsung dengan Duta Besar Rusia untuk AS, Sergey Kislyak, mengenai kemungkinan pencabutan sanksi tambahan yang dijatuhkan Obama pada Desember lalu.
Isu ini kembali menjadi sorotan setelah seorang mantan pejabat AS mengaku dalam sidang parlemen bahwa pemerintahan Obama sebenarnya juga sudah memperingatkan Trump mengenai risiko hubungan antara Flynn dan Rusia ini.
Menanggapi rangkaian sidang parlemen ini, Trump kembali mengatakan bahwa isu intervensi Rusia dalam pemilihan umum AS adalah berita bohong.