Eropa Ingatkan Macron soal Masalah Ekonomi

CNN Indonesia
Selasa, 09 Mei 2017 13:00 WIB
Presiden terpilih Perancis Emmanuel Macron dihadapkan pada tekanan besar yang menantinya kelak setelah resmi dilantik: masalah ekonomi.
Presiden terpilih Perancis Emmanuel Macron punya banyak pekerjaan rumah ketika kelak resmi menjabat. (REUTERS/Philippe Wojazer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Emmanuel Macron dihadapkan pada tekanan yang mengingatkannya akan tantangan ke depan sebagai presiden baru Perancis, bahkan ketika ketika dan sejumlah rival menunjukkan kemauan untuk bekerja sama dengannya.

Kemenangan politikus tengah berhaluan 39 tahun atas pesaingnya yang berhaluan ekstrem kanan Marine Le Pen dalam pemilihan umum akhir pekan lalu menjadi angin segar bagi Uni Eropa yang khawatir akan ancaman serupa kepergian Inggris dan kekuasaan populis seperti Donald Trump di AS.

"Dia membawa harapan jutaan warga Perancis, dan banyak orang di Jerman dan seluruh Eropa," kata Kanselir Jerman Angela Merkel dalam konferensi pers di Berlin, dikutip Reuters, Selasa (9/5).
"Dia telah menjalankan kampanye pro-Eropa yang berani, membela keterbukaan dunia dan berkomitmen pada ekonomi pasar sosial," kata pemimpin terkuat di Uni Eropa itu atas kesuksesan "spektakuler" Macron dalam pemilu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, bahkan ketika berjanji akan membantu Perancis mengatasi masalah pengangguran, Merkel menolak saran untuk lebih banyak berupaya membantu ekonomi Eropa dengan meningkatkan impor dari negara-negara rekanan dalam rangka mengurangi surplus perdagangannya yang besar.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyatakan dengan tegas: "Dengan Perancis, kita punya masalah tertentu .. warga Perancis menghabiskan terlalu banyak uang dan mereka menghabiskannya di tempat yang salah."

Nilai tukar euro terhadap dolar jatuh dari titik tertingginya selama enam bulan saat Macron dikonfirmasi menang mutlak dengan perbantingan 66-34 persen. Para investor mengambil keuntungan saat nilai mata uang itu meningkat sekitar 3 persen sejak kemenangan Macron di putaran pertama.
Masalah perekonomian Perancis, terutama tingkat pengangguran yang tinggi, telah menjatuhkan popularitas Francois Hollande, presiden sosialis yang akan segera digantikan oleh Macron, hingga ia memutuskan tidak akan lagi maju sebagai kandidat.

"Tahun ini, saya ingin Emmanuel Macron berada di sini dengan saya sehingga obor bisa diteruskan," kata Hollande, tampil bersama Macron di Makam Tentara Tak Dikenal di Arc de Triomphe untuk memperingati Hari Kemenangan di Eropa dan menyerahkanya pasukan Nazi pada 8 Mei 1945, mengakhiri Perang Dunia II.

Di tempat-tempat lain di Paris, lebih dari 1.500 orang, dipimpin oleh federasi buruh CGT, memprotes rencana Macron meliberalisasi undang-undang buruh.

"Jika ia meneruskan ide soal perintah eksekutif pada Juli, artinya, dia akan menepikan konsultasi dan dialog, sehingga bagaimana pun akan ada masalah. Kita akan lihat," kata Jean Claude Mailly, sekretaris jenderal perserikatan kiri garis keras Force Ouvriere kepada stasiun radio France Info.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER