Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi demonstrasi di Venezuela semakin panas. Korban tewas terus bertambah dan pemerintah terus berusaha menekan pemberontakan masyarakat dengan ancaman pasukan bersenjata.
Imbasnya, rakyat pun beralih ke senjata baru. Tidak lagi menggunakan botol dan batu, melainkan bom kotoran manusia.
Bom ’poopootov’, yang merupakan pelesetan dari molotov itu, berupa gelas plastik yang berisi kotoran manusia. Bom tersebut dilemparkan ke pasukan keamanan dalam aksi protes di Caracas, ibu kota Venezuela, pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir
Reuters, Kamis (11/5) masyarakat Venezuela bersemangat membuat bom kotoran tersebut. Salah satunya, seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter gigi.
“Saya membantu para demonstran membuat bom kotoran di rumah,” ujar wanita yang tidak ingin disebutkan namanya itu. “Biasanya senjata mereka hanya batu, kini mereka punya senjata baru.”
Salah seorang pelaku protes, siswa berusia 16 tahun bernama Alejandro menyebut senjata baru mereka lebih ampuh melawan pasukan keamanan ketimbang batu dan molotov sekalipun.
“Senjata ini berhasil dan kami akan terus menggunakannya, meskipun bau sekali,” ujar Alejandro.
Tidak semua pelaku protes menyetujui kehadiran poopootov. Mereka beranggapan bom kotoran itu tidak higienis dan merupakan ‘senjata biologis’ yang tidak tepat guna.
Mereka khawatir bom kotoran justru akan menimbulkan penyakit dan memicu wabah, terutama dengan minimnya suplai obat-obatan dan disinfektan.
Tapi, beberapa anggota parlemen mengacungkan jempol atas penggunaan senjata baru itu.
“Pasukan keamanan menggunakan senjata dan gas air mata terhadap masyarakat dan mereka melawan dengan apa yang mereka miliki,” kata Anggota Parlemen Rafael Guzman.
Di sisi lain, Inspektur Jenderal Yudisial Marielys Valdez menyebut penggunaan bom kotoran di aksi protes anti-pemerintah, sama dengan menggunakan senjata kimia.
“Itu [bom kotoran] adalah senjata biokimia. Penggunaan senjata kimia termasuk kejahatan dan harus dihukum,” kata Valdez dalam wawancaranya dengan televisi lokal, VTV, dikutip
AFP.Setidaknya 38 orang tewas dan lebih dari 750 orang terluka dalam aksi protes yang sudah berlangsung selama enam minggu, sejak April lalu. Mereka menggelar protes beruntun guna menuntut adanya pemilu agar Presiden Nicolas Maduro lengser dari jabatannya.
Selain itu, warga Venezuela juga berdemonstrasi atas krisis ekonomi yang semakin mencekik, dengan tingkat inflasi tiga kali lipat yang membuat mereka sulit mendapat makanan dan obat-obatan.