PM Pilihan Macron, Mirip Tapi Tak Selalu Sejalan

CNN Indonesia
Selasa, 16 Mei 2017 13:07 WIB
Edouard Philippe, perdana menteri baru Perancis, punya beberapa catatan di masa lalu meski berbagi banyak kesamaan dengan presidennya, Emmanuel Macron.
Edouarde Phillipe, perdana menteri pilihan Emmanuel Macron, sempat silang pendapat dengan politikus moderat yang kini mejadi Presiden Perancis itu. (REUTERS/Christophe Archambault/Pool)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri pilihan Presiden Emmanuel Macron punya banyak kesamaan dengan bosnya. Namun, pria yang hobi bertinju itu tercatat beberapa kali melepaskan pukulan politis untuk tokoh moderat yang kini jadi orang nomor satu Perancis itu, di masa lalu.

Seperti Macron, PM Edouard Philippe adalah moderat pro-Eropa yang ingin politik Perancis tidak semata terbagi antara sayap kiri dan kanan.

Walau demikian, ia adalah seorang anggota Partai Republik, kubu yang berpotensi memberikan ancaman pada upaya Macron meraih mayoritas kursi legislatif dalam pemilihan umum parlementer Juni ini dan menghindari koalisi penghambat reformasi.
Pilihan yang jatuh pada pengacara berpengalaman dari Le Havre ini adalah bagian dari strategi untuk menolak fondasi pengelompokan politik tradisional Perancis dan mengubah partai Macron--En Marche--dari start-up politik menjadi kekuatan dominan di Perancis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Philippe akan menjadi pengimbang untuk legislator Partai Sosialis yang membelot ke En Marche dan membela pandangan 'bukan kiri maupun kanan' yang diusung Macron.

Menjadi anggota Dewan Perwakilan sejak 2012, Philippe tidak selalu memuji Macron. Saat kampanye presiden Januari lalu, dia menyoroti citra Macron di sejumlah media yang diibaratkan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy versi Perancis, dalam kolom untuk surat kabar sayap kiri, Liberation.

Phillipe menyebut Macron tidak punya Karisma Kennedy dan hanya memberikan janji-janji palsu.
"Macron tidak bertanggung jawab atas apapun tapi menjanjikan segalanya, dengan semangat seorang penguasa muda dan kesinisan veteran berpengalaman," tulis Philippe dalam kolom tersebut.

Bulan depannya, dia menulis, Macron adalah "perwakilan emblematis dari kemapanan."

Walau demikian, ketika Macron sudah jadi kandidat favorit jelang pemilu bulan ini, Philippe menulis saran dengan nada yang lebih hangat.

"Dia mesti berani. Keluar dari oposisi kiri-kanan yang sudah lama berjalan, nyaman dan terinstitusi, untuk membentuk mayoritas baru. Jalannya akan sempit dan berisiko. Sulit untuk melihat 'sistem' yang ada untuk berlalu begitu saja."

Seorang Penyendiri

Philippe sempat bergabung dalam kampanye presidensial Partai Republik hingga awal tahun ini. Dia mengundurkan diri setelah kandidatnya, Francois Fillon, dilanda masalah dugaan nepotisme.

Sebelum itu, Philippe berkampanye bersama Alain Juppe, rival Fillon dalam pemilihan kandidat Partai Republik yang juga seorang moderat veteran.

Philippe, yang merupakan anak seorang guru, bersekolah di Jerman. Teman-temannya menyebut pandangan moderat Philippe bisa jadi cocok dengan visi Macron dan kecil kemungkinan egoismenya untuk memuncak.

"Dia adalah seorang pekerja, pintar, sedikit penyendiri dan pendiam, tapi solid," kata seorang teman yang enggan ditulis namanya, dikutip Reuters.
Di luar hobi bertinju (dia berlatih tiga kali dalam sepekan), Philippe punya dua kesamaan dengan Macron: lulus dari sekolah elite ENA, dan mengagumi Michel Rocard, perdana menteri Sosialis yang sempat ia dukung saat masih kuliah sebelum berganti haluan politik.

Dia sempat menjadi direktur hubungan publik di grup energi nuklir yang kini sedang kesulitan, Areva, pada 2007 dan 2010 silam.

Berjanggut dan botak, rekan-rekan kerja Philippe menyebutnya sebagai seorang politikus pendiam.

"Dia bukan orang yang akan menepuk pundakmu, tapi dia sangat pintar," kata Benoist Apparu, yang juga jadi juru bicara tim sukses Juppe bersama Philippe.

"Dia sangat cinta hukum dan isu yudisial."

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER