Jakarta, CNN Indonesia -- Transkrip percakapan yang dilaporkan media AS menungukap Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat menyebut Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebagai "orang gila dengan senjata nuklir" saat berbincang via telepon dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Transkrip percakapan pada 29 April lalu itu dikeluarkan oleh pemerintah Filipina baru-baru ini. Menanggapi, Gedung Putih menggambarkan percakapan kedua pemimpin saat itu sangat bersahabat.
"Kami tidak bisa membiarkan orang gila dengan senjata nuklir bebas seperti itu. Kami memiliki banyak senjata, 20 kali lipat dari yang dia punya--tapi kami tak gunakan itu," tutur Trump kepada Duterte, merujuk pada dua kapal selam nuklir yang dikerahkan Pentagon ke kawasan Semenanjung Korea baru-baru ini.
Kepada Duterte, Trump juga sempat mengisyaratkan kemungkinan peningkatan ketegangan yang dramatis di Semenanjung Korea. Dia pun bertanya kepada koleganya di Asia Tenggara itu mengenai "stabil atau tidaknya" karakter Jong-un.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duterte menganggap, pikiran Jong-un tidak bekerja dan "dia bisa saja tiba-tiba menjadi gila."
"Kim punya mainan berbahaya di tangannya yang bisa membuat begitu banyak penderitaan dan penyiksaan bagi seluruh umat manusia," ucap Duterte.
Berbincang soal China, Trump juga meminta Duterte untuk mendesak Presiden Xi Jinping untuk lebih menekan Korut agar mau menghentikan ambisi nuklirnya. Beijing merupakan satu-satunya sekutu andalan Pyongyang.
Di tangan Duterte saat ini, Filipina tengah menjalin kedekatan dengan Negeri Tirai Bambu tersebut. Dia setuju bahwa kartu as dalam menyelesaikan krisis nuklir Korut ada di tangan China.
"Pada akhirnya, kartu terakhir, itu ada bersama China," katanya.
Di akhir percakapan, Trump mengundang Duterte untuk menemuinya di Gedung Putih. Hal ini dilakukan sebagai upaya penguatan hubungan kedua negara yang sempat memanas beberapa waktu lalu sebelum Trump menjabat di Gedung Putih.
"Serius, kapan pun Anda mau datang, beri tahu kami. Jaga dirimu sendiri. Anda orang baik. Kami akan urus Korut," tutur Trump sebelum menutup teleponnya, seperti dikutip
AFP, Rabu (24/5).
Hubungan Washington-Manila memang sempat memburuk di akhir masa pemerintahan Presiden Barack Obama. Saat itu Duterte bahkan berjanji akan memutus kesepakatan aliansi kedua negara yang sudah berlangsung belasan tahun dan mengusir pasukan AS untuk keluar dari negaranya.
Namun, di pemerintahan AS yang baru, hubungan kedua sekutu lama dinilai bisa kembali normal.