Weerakkody pun perlahan memperkenalkan sejumlah teknologi mutakhir untuk melacak keberadaan dugong. Mereka memasang kamera canggih di badan drone tersebut sebagai radar pemantau.
"Ini adalah mesin pro robotik Phantom yang dipasangi kamera yang dapat merekam video dengan resolusi 2K, tiga kali lipat lebih jernih dari TV HD," ucap Weerakkody sembari mengutak-atik tombol di alat pengendali drone tersebut.
Secara teknis, Weerakkody yang akan menerbangkan drone tersebut. Dalam setiap operasi pemantauan, ia mengajak satu temannya yang akan memegang layar pemantau. Layar itu menerima sinyal gambar dari kamera tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika kamera menangkap satu citra yang menyerupai dugong, tim akan menandai tempat itu. Idealnya, jika sudah menangkap citra di daerah yang sama berulang kali, mereka akan mengirimkan kapal dengan sensor sonar ke sana.
Weerakkody menjelaskan, sonar pada dasarnya merupakan perangkat pendeteksi objek di bawah permukaan laut. Alat ini akan mengirimkan suara ke dasar laut yang kemudian dipantulkan kembali.
"Suara yang dipantulkan jika membentur objek yang mengambang akan berbeda jika dibandingkan dengan suara yang dipantulkan ketika suara hanya mengenai dasar laut. Jika sonar mendeteksi objek besar mengambang di dekat dasar laut, kemungkinan besar itu adalah dugong," kata Weerakkody.
Namun hingga kini, tim konservasi ini belum menemukan satu pun dugong menggunakan kedua alat canggih ini. Mereka pun berupaya mencari alternatif teknologi lain.
Hingga akhirnya, seorang manajer proyek dari Kementerian Konservasi Alam Sri Lanka, Channa Suraweera, turun tangan.
Berbekal pengalaman bekerja di perusahaan teknologi, ia mengembangkan aplikasi ponsel yang dapat digunakan oleh nelayan untuk melapor jika melihat hewan ketika sedang melaut.
Di halaman depan aplikasi tersebut, terpampang tampilan tombol pilihan hewan yang dilihat, bisa jadi dugong, lumba-lumba, paus, atau binatang laut lainnya.
"Ini adalah aplikasi Smart Survey. Jika nelayan melihat dugong, misalnya, mereka bisa langsung klik dugong, lalu unggah foto objek yang mereka lihat, dan kirim. Mudah, bukan?" kata Suraweera.
![]() |
Laporan ini akan masuk ke server Kementerian Konservasi Alam Sri Lanka. Sistem pelaporan ini akan membantu tim konservasi untuk memetakan perkiraan lokasi dugong, yang diduga banyak berkumpul di Teluk Mannar.
"Misalnya, kami menerima banyak laporan dugong di sekitar daerah A. Berarti kemungkinan ada populasi dugong di sana. Kami akan kirim tim untuk meneliti," tutur Suraweera.
Tak hanya temuan hewan laut, nelayan juga dapat melaporkan jika melihat orang lain menangkap ikan dengan metode yang dilarang.
"Contohnya, mereka lihat nelayan menjaring ikan dengan pukat harimau, atau dengan bom, mereka bisa foto dan laporkan," tutur Suraweera.
Dengan semringah, Suraweera membeberkan mimpinya mengembangkan aplikasi ini menjadi pusat pelaporan terpadu dalam upaya konservasi alam di seluruh Sri Lanka.
"Sangat mudah mengembangkan aplikasi ini. Nantinya, bisa banyak tombol pelaporan yang bisa kami sediakan. Pada akhirnya, kami dapat membuat sistem terpadu untuk perlindungan alam Sri Lanka," kata Suraweera.