Jakarta, CNN Indonesia -- Badai Siklon Mora yang menghantam Bangladesh, Selasa (30/5), dilaporkan menewaskan lima orang dan memporak-porandakan kamp pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar.
Otoritas Manajemen Bencana melaporkan pada AFP, sebanyak empat korban tewas karena tertimpa pohon tumbang. Tidak diberitahukan bagaimana korban ke-lima tewas.
Sementara Pemerintah Bangladesh melaporkan mereka sudah mengevakuasi sekitar 600 ribu warga dari kawasan pesisir yang terdampak badai dengan angin kencang berkecepatan 135 km/jam tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun demikian, Ketua Komunitas Rohingya Abdus Salam menyebut hingga saat ini belum ada upaya dari pemerintah Bangladesh untuk mengevakuasi para Muslim Rohingya ke tempat perlindungan.
“Sekitar 20 ribu rumah di kamp pengungsi Rohingya rusak karena badai dan banyak pengungsi terluka,” kata Salam kepada
AFP.“Di beberapa tempat, rumah yang terbuat dari seng, bambu dan plastik, rata dengan tanah. Banyak yang terluka tapi tidak ada korban jiwa,” tambahnya.
Pemerintah setempat melaporkan kamp pengungsi Rohingya, yang merupakan rumah bagi 300 ribu etnis Muslim Myanmar itu, merupakan salah satu daerah yang paling parah terdampak badai.
Sanjukta Sahany, Kepala Organisasi Migrasi Internasional setempat, yang mengkoordinasikan bantuan untuk para pengungsi, mengatakan bahwa sebagian besar atap rumah di kamp tersebut tertiup angin.
"Kami sudah berada di lapangan, di kamp Kutupalong, yang saya kunjungi sekarang, sekitar 60-70 persen atap plastik telah hancur, dan sebagian dinding lumpur ambruk," kata Sahany, yang menambahkan kaum Rohingya sudah mulai memperbaiki rumah mereka dengan peralatan seadanya, kendati kondisi kamp rusak parah.
Kutupalong menampung hampir 14 ribu pengungsi yang terdaftar, walau banyak pendatang baru tanpa status pengungsi resmi juga tinggal di sana.
Sementara, Cox’s Bazar sudah menjadi rumah bagi ratusan ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekejaman militer terhadap etnis mereka di Myanmar.
Jumlah pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar terus bertambah sejak operasi militer di Rakhine pada Oktober lalu, yang menyebabkan 70 ribu pengungsi menyeberang perbatasan ke Bangladesh.
Adapun Mohammad Anam, warga Rohingya yang tahun lalu hijrah ke kamp pengungsian di Cox’s Bazar, menyebut hingga saat ini tidak ada upaya evakuasi dari pemerintah. Begitu juga dengan peringatan tentang badai.
“Tidak ada yang datang memberi peringatan atau melakukan evakuasi. Kami harus bergegas ke gedung sekolah untuk berlindung,” kata Anam.
Di sisi lain, Abul Hashim, juru bicara Otoritas Manajemen Bencana mengatakan pemerintah hanya mengevakuasi daerah yang paling rawan di kawasan pesisir.
“Pengungsi Rohingya tinggal di daerah berbukit. Daerah itu terbilang aman dari badai,” kata Hashim.
Bangladesh Meteorological Department menyebut angin topan itu dapat melepaskan gelombang badai setinggi 1,7 meter di sekitar Cox's Bazar, Chittagong dan beberapa distrik pesisir lainnya di Teluk Benggala.
Pemerintah daerah telah memerintahkan seluruh kapal penangkap ikan dan menyarankan agar mereka tetap berlabuh, sedangkan otoritas pelabuhan Chittagong telah menghentikan semua lalu lintas masuk dan keluar dari pelabuhan.
selain itu, semua penerbangan dari dan menuju Bandara Internasional Chittagong serta Cox’s Bazar pun ditangguhkan sementara.