Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengultimatum kelompok Taliban, menawarkan mereka kesempatan terakhir untuk berdamai dengan pemerintah atau menghadapi konsekuensi langsung.
"Kami menawarkan kesempatan untuk perdamaian dengan waktu terbatas. Ini kesempatan terakhir. Ambilah atau hadapi konsekuensi," kata Ghani dalam konferensi perdamaian internasional yang dihadiri sekitar 20 negara, Selasa (6/6).
Diberitakan
AFP, komentar tegas itu dilontarkan Ghani di tengah kritikan publik yang kian mendesaknya mundur dari kepemimpinan, menyusul keresahan atas serangkaian serangan bom mematikan belakangan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketidakpercayaan warga terhadap pemerintah kian meningkat setelah bom bunuh diri meledak di kompleks diplomatik dekat kantor kepresidenan di Kabul pada Rabu (31/5), menewaskan 150 orang serta melukai 300 lainnya.
Tak hanya itu, bom kembali meledak di acara pemakaman di Kabul pada Sabtu (4/6), menewaskan tujuh orang dan melukai 119 lainnya.
Selama ini, pemerintah menuduh Taliban dan perpanjangannya, Jaringan Haqqani, bertanggung jawab atas serangkaian insiden bom di Afghanistan.
Upaya internasional untuk memboyong Taliban ke meja perundingan juga gagal.
Demonstrasi pun mulai bermunculan di pusat kota. Para pemrotes juga mulai menuntut pengunduran diri menteri keamanan nasional, termasuk penasihat keamanan Afghanistan Hanif Atmar.
Serangan ini dinilai bisa memperburuk ketegangan antara kelompok etnis di Afghanistan yang berseteru dan memperbesar potensi terjadinya krisis politik.
Menteri Luar Negeri Salahuddin Rabbani, yang berasal dari organisasi politik Tajik Jamiat, pun berani menyerukan pemberhentian Atmar.
Tapi, Ghani, yang berasal dari etnis Pashtun, dengan tegas menolak permintaan tersebut.