Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Senat Intelijen meminta kesaksian dari Jaksa Agung Jeff Sessions, Selasa (13/6), berkenaan dengan kontaknya di Rusia dan peranan dalam pemecatan Direktur FBI James Comey.
Itu akan menjadi kesaksian terumpah pertama Sessions di hadapan publik, setelah dia ditunjuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi jaksa agung.
Pernyataan Sessions akan menimbulkan riak baru dalam kasus dugaan keterlibatan Rusia pada kampanye Trump, menyusul kesaksian eksplosif Comey pada panel yang sama, pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesaksiannya, Kamis lalu, Comey mengatakan FBI sudah mengetahui bahwa informasi soal keterlibatan Rusia dalam kampanye Trump akan menjadi ‘masalah’ bagi Sessions.
Pasalnya, bukan hanya ditunjuk menjadi jaksa agung dalam pemerintahan Trump, Sessions juga merupakan salah pendukung terbesar presiden AS ke-45 itu dalam berkampanye.
Atas hal itu, Comey menyebut dia hanya akan menjelaskan detail kesaksiannya, secara privat, yang semakin meningkatkan ketegangan atas apa yang akan ditanyakan komite senat intelijen pada Sessions.
Trump memecat Comey pada awal Mei dengan tuduhan kinerjanya sebagai direktur FBI tidak efisien. Padahal di saat yang bersamaan, FBI tengah menyelidiki campur tangan Rusia dan kolusi mereka dengan tim kampanye Trump. Imbasnya, pemecatan Comey memicu banyak pertanyaan dan kecurigaan adanya potensi menghalangi hukum.
 James Comey dipecat karena sebagai Direktur FBI terkait penyelidikan instansinya mengenai campur tangan Rusia dalam kampanye Trump. (Reuters/Gary Cameron) |
Sebelumnya, Trump menyebut telah mendapat ‘bisikan’ dari Sessions yang merekomendasikan pemecatan Comey.
Berkaitan dengan itu, pengamat mengungkapkan kekhawatiran bahwa Sessions akan mengklaim hak istimewa eksekutif sebagai sarana guna membatasi kesaksiannya.
Meskipun begitu, Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer menyebut pada Senin, pengajuan hak istimewa itu "tergantung lingkup pertanyaan yang diberikan”.
“Terlalu dini jika kita berhipotesis pada titik ini,” tambahnya.
Di sisi lain, banyak kecurigaan yang juga mengarah pada Sessions, 70, yang pada pemeriksaan konfirmasi di Januari, gagal mengungkapkan soal pertemuan yang dia hadiri dengan pejabat Rusia.
Selama kampanye Trump, Sessions tercatat melakukan beberapa kali pertemuan dengan Duta Besar Rusia Sergey Kislyak.
Selain itu, Comey juga mengindikasikan bahwa sebagai jaksa agung, Sessions gagal melindungi pimpinan FBI yang berada di bawah komandonya.
Hal itu, mengarah pada pertemuan di Ruang Oval pada tanggal 14 Mei, dimana Trump meminta semua orang meninggalkan ruangan, kecuali Comey. Namun Sessions tetap berada di sana.
Comey menyebut dia merasa ‘sesuatu yang besar’ akan segera terjadi dan “insting saya mengatakan bahwa jaksa agung mengetahui sesuatu dan tetap tinggal.”
Adapun, kini Trump pun mengkritik kebijakan Sessions dan menyebut kejaksaan agung gagal menanggapi permasalahan kolusi Rusia.
Kritik Trump itu disampaikan melalui Twitter pada 5 Juni, dimana dia mengecam keputusan kejaksaan agung mengenai larangan bepergian yang dia tetapkan pada pengunjung dari beberapa negara Muslim.