Jakarta, CNN Indonesia -- Qatar mengatakan pada Sabtu (26/4) bahwa 13 poin permintaan yang diajukan oleh Arab Saudi dan sekutunya berkaitan dengan kedaulatannya. Qatar juga menilai permintaan itu tidak dianggap masuk akal dan beralasan oleh Amerika Serikat.
Mengutip AFP, permintaan itu dikirimkan pemerintah Arab kepada Qatar melalui Kuwait pada Kamis (22/6). Ada selang waktu lebih dari dua minggu antara pengiriman permintaan itu dengan pemutusan hubungan Qatar dengan seluruh negara lain di semenanjung Arab dan keputusan embargo.
Dokumen yang berisi permintaan itu tidak dipublikasikan, namun telah tersebar luas melalui sebuah bocoran. Salah satunya adalah meminta Doha untuk bergabung bersama Riyadh dan sekutunya untuk menyatakan bahwa konsep persaudaran Muslim itu tidak sah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, konsep itu selalu didukung oleh negara-negara di semenanjung Arab.
Arab juga meminta Doha untuk menutup kantor kedutaan Iran dan sebuah basis di daerah itu yang dioperasikan oleh Turki. Bukan hanya itu, mereka juga meminta televisi Al-Jazeera untuk ditutup, serta memutus semua kontak dengan grup oposisi di Bahrain, Mesir, Arab Saudi serta Uni Emirat Arab.
Direktur Komunikasi Sheikh Saif bin Ahmed Al-Thani mengatakan pada Sabtu, bahwa permintaan itu terlalu jauh, bahkan jika tujuannya untuk memerangi terorisme.
“Blokade ini bukan niat untuk memerangi terorisme, melainkan menyangkut kedaulatan dan menyalahi kebijakan asingnya,” kata Sheikh Saif.
Ia juga menyinggung bahwa Rex Tillerson dari Departemen Luar Negeri AS pernah mengatakan pada Rabu (21/6) bahwa Washington menginginkan keluhan yang jelas, beralasan dan bisa dilakukan. “Daftar ini tidak memenuhi standar itu,” Sheikh Saif menegaskan.
Namun permintaan itu datang disertai ancaman. Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash mengatakan pada Jumat (23/6) bahwa Qatar harus benar-benar menangaapi 13 permintaan itu, atau mereka akan ‘diceraikan’ oleh negara-negara tetangganya.