Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika sejumlah negara Teluk memutus hubungan dengan Qatar karena Doha dituding mendukung terorisme, nama media
Al Jazeera langsung ramai dibicarakan oleh pengamat.
Para pakar mengatakan, keberadaan
Al Jazeera kemungkinan akan dipertaruhkan demi menyelamatkan kawasan Teluk dari krisis besar.
Menurut sejumlah pengamat, negara-negara yang memutus hubungan dengan Qatar, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dah Bahrain, kemungkinan akan meminta Doha menutup
Al Jazeera sebagai syarat pemulihan hubungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu bentuk niat baik Emir Qatar kemungkinan adalah dengan menutup seluruh jaringan televisi Al Jazeera, yang harus dilakukan segera," ujar seorang pengamat kawasan, Sultan Al Qassemi.
Seorang pengamat dari Royal United Services Institute (RUSI), Michael Stephens, juga mengatakan bahwa Qatar memang harus mengorbankan sejumlah kepentingan demi perdamaian kawasan, kemungkinan termasuk dengan menutup
Al Jazeera.
"Tak akan mengejutkan jika itu terjadi. Saya melihat, permintaan itu sangat mungkin diajukan," ucap Stephens kepada
CNN.
Sejak didirikan pada dua dekade lalu di Doha,
Al Jazeera memang langsung menarik perhatian dengan pemberitaan bahasa Arab yang membantu menyebarluaskan pengaruh politik Qatar di kawasan Timur Tengah.
Tak hanya di Timur Tengah,
Al Jazeera juga menebar pengaruh Qatar ke dunia barat dengan meluncurkan program berbahasa Inggris, sampai-sampai mendirikan
Al Jazeera English dan
Al Jazeera America.
Negara-negara Teluk memang kerap menjadikan media sebagai corong politik. Namun,
Al Jazeera dianggap berbeda karena lantang menyuarakan kritik terhadap pemerintahan negara tetangga.
"
Al Jazeera sangat sensasional, Islamis, dan pan-Arab, mencerminkan kepentingan politik Doha lebih dari yang dipikirkan. Pemerintahan Arab akan senang jika
Al Jazeera menghilang," tutur direktur Program Kebijakan Energi dan Teluk Institut Washington, Simon Henderson.
Selama ini,
Al Jazeera selalu menampik tudingan media mereka bias dan tidak adil. Mereka juga menunjukkan sikap netral saat dengan berani memberitakan pelanggaran hak asasi manusia dan isu-isu kaum tertindas.
 Sejak didirikan pada dua dekade lalu di Doha, Al Jazeera memang langsung menarik perhatian dengan pemberitaan bahasa Arab yang membantu menyebarluaskan pengaruh politik Qatar di kawasan Timur Tengah. (Reuters/Fadi Al-Assaad/File Photo) |
Namun tetap saja,
Al Jazeera selalu ada dalam pusaran sengketa politik kawasan. Sebut saja ketika Arab Saudi menarik duta besarnya dari Doha setelah
Al Jazeera menyiarkan kritik mengenai keluarga berkuasa di Riyadh.
Tak cukup di kawasan,
Al Jazeera juga menyulut amarah Amerika Serikat ketika menayangkan pembelaan Osama bin Laden atas tragedi 911.
George W. Bush yang kala itu menjabat sebagai presiden AS pun sering kali mengkritik pemberitaan
Al Jazeera mengenai Perang Irak.
Mantan Menteri Pertahanan AS, Donald Rumsfeld, bahkan menganggap pemberitaan
Al Jazeera soal korban warga sipil dalam perang di Falluja "sangat tak masuk akal."
Setelah melewati fase Arab Spring yang dilematis bagi Qatar,
Al Jazeera kembali masuk ke dalam pusaran krisis kawasan ketika Mesir bergolak.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mendukung keputusan militer Mesir untuk menggulingkan Mohamed Morsi, presiden sekaligus pemimpin Ikhwanul Muslimin, entitas yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh sejumlah negara kawasan.
Namun, Qatar merupakan pendukung Morsi dan
Al Jazeera terus memunculkan berita yang mempertanyakan kredibiliatas penggantinya, Abdel Fattah el-Sisi.
Ketika kekuasaan bergulir ke tangan Sisi, tiga jurnalis konten bahasa Inggris dari
Al Jazeera ditahan pemerintah Mesir pada 2014. Kisruh ini berakhir dengan penutupan
Al Jazeera Live Egypt.
Al Jazeera pun mulai tercekik, terutama setelah pemecatan besar-besaran yang berujung penutupan Al Jazeera America karena kurangnya minat penonton di Amerika. (Reuters /Brendan McDermid) |
Al Jazeera pun mulai tercekik, terutama setelah pemecatan besar-besaran yang berujung penutupan
Al Jazeera America karena kurangnya minat penonton di Amerika.
Kini, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga sudah memblokir akses jaringan
Al Jazeera. Sejumlah pengamat mengatakan, meski pun
Al Jazeera tetap tegar tengkuk, mereka akan sulit berkembang.
"Jika
Al Jazeera tidak ditutup, akan ada syarat dan ketentuan serius berita mana yang bisa dan tidak bisa diberitakan," kata Michael Stephens.