Ribuan Unta Jadi Korban Krisis Diplomatik Qatar

CNN Indonesia
Rabu, 21 Jun 2017 21:47 WIB
Ribuan unta yang terjebak di Arab Saudi akhirnya bisa kembali ke Qatar, setelah terjebak di gurun akibat krisis diplomatik dengan negara Teluk.
Ilustrasi: Ribuan unta ikut terseret dalam krisis politik antara Qatar dan negara-negara Arab. (xisdom/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan unta melintasi perbatasan padang pasir Arab Saudi ke Qatar dan bertemu kembali dengan para pemiliknya setelah berhari-hari terjebak oleh krisis diplomatik antara kedua negara dan sejumlah pemerintah lain di Timur Tengah dan Afrika.

Warga Qatar yang mengenakan gamis putih tradisional menunggu di mobil SUV di perbatasan, sembari mencoba mengenali unta-unta yang berjalan di perbatasan, menerbangkan debu di setiap langkahnya, di bawah kesepakatan yang disebut para pemilik hewan itu sebagai perjanjian informal dengan petugas perbatasan Saudi.

"Alhamdulillah unta saya kembali!" kata Ali Magareh, 40, menunggu bersama putranya yang berusia tujuh tahun di titik pertemuan, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (20/6).
"Selama sepekan mereka dipaksa menunggu di sana. Unta-unta ini kelaparan. Beberapa pejantannya berkelahi dan dalam kondisi yang buruk. Saudara saya masih punya 10 atau 11 unta di Arab Saudi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan yang diambil Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lain untuk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, 5 Juni lalu, mengganggu perdagangan, memisahkan keluarga-keluarga dan memicu kekhawatiran akan konfrontasi militer di kawasan Teluk. Langkah ini diambil atas tudingan yang menyebut Qatar mendukung terorisme, meski hal tersebut sudah berulang kali ditampik.

Masyarakat suku tradisional di Qatar yang keluarganya tersebar hingga melampau perbatasan di Semenanjung Arab, mengatakan boikot itu mengancam tradisi, termasuk kebiasaan menggembala unta dan memburu menggunakan elang.

Ratusan warga Qatar menempatkan unta di wilayah padang pasir bagian timur Arab Saudi selama musim dingin guna melatih dan mengembangbiakkan mereka untuk balapan dan kontes kecantikan--adat yang dipandang sebagai hubungan penting dengan masa lalu nomaden penduduk padang pasir. Unta-unta juga dijual dalam pelelangan seharga ratusan ribu dolar.
Foto-foto pekerja Asia yang mengurus unta dalam kondisi buruk di wilayah Arab Saudi dipublikasikan di sejumlah surat kabar Qatar pada Senin lalu. Hal tersebut langsung memicu kemarahan warga setempat.

Pemerintah Qatar mengirim konvoi tanker air dan truk yang membawa rumput ke perbatasan untuk memelihara unta-unta yang baru melintasi perbatasan.

Sebelum penemuan cadangan minyak melimpah di lepas pantai yang membuat Qatar menjadi salah satu negara terkaya di Timur Tengah, suku Bedouin berkelana di padang pasir dan bergantung pada daging dan susu unta untuk bisa bertahan hidup.

"Kami berperang menggunakan unta," kata Magareh. "Ini adalah salah satu tradisi kami. Tidak punya unta di Qatar sama dengan koboi yang tidak punya sapi."
Dia menyalahkan para pemimpin di Teluk karena unta ikut menjadi korban politik. "Apa yang bisa saya katakan? Meski mereka punya perbedaan dalam hal politik, kami adalah warganya. Jangan bawa kami dalam perseteruan kalian," ujarnya.

"Kami hanya ingin menjalani hari-hari kami, pergi ke Arab Saudi dan merawat unta-unta kami dan kembali untuk mengurus keluarga kami. Kami tidak mau terlibat dalam masalah politik ini. Kami tidak senang."

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER