Jakarta, CNN Indonesia -- Tak hanya para sandera, kelompok militan Maute dilaporkan mulai merekrut anak-anak untuk diajak berperang melawan pasukan pemerintah Filipina di Marawi, Mindanao.
"Kami terus mendapatkan kabar yang mengganggu dari para warga sipil yang lolos dari Maute. Mereka menyebutkan bahwa anak-anak dan para sandera yang masih terjebak dilibatkan dalam baku tembak," tutur juru bicara militer Filipina, Restituto Padilla, Selasa (11/7).
Padilla mengatakan, pihaknya akan berupaya sekeras mungkin agar anak-anak itu tak menjadi korban dalam baku tembak. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak karena para anak itu sudah angkat senjata dan terlibat dalam pertempuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maute terus melakukan perlawan terhadap militer sejak 23 Mei lalu. Sejak saat itu pula, kelompok afiliasi ISIS ini menyandera sejumlah warga sipil yang terjebak di area konflik, termasuk seorang pastor gereja.
Diberitakan
AFP, militer mengatakan, sekitar 100 warga sipil diperkirakan masih terjebak di wilayah bentrokan. Beberapa dari mereka banyak yang dipaksa membantu pasukan militan untuk membawa persediaan amunisi dan menjarah rumah-rumah di sekitar kota.
Baru-baru ini, Militan Maute dilaporkan membunuh enam sanderanya lantaran menolak membantu mereka melawan militer.
Laporan itu diterima militer FIlipina dari sekitar delapan hingga 10 warga yang berhasil kabur dari tawanan Maute.
Beberapa sandera yang lolos juga menuturkan tak sedikit jasad dari para sandera Maute ditinggalkan begitu saja di jalanan selama berminggu-minggu.
Sejak baku tembak terjadi dan darurat militer diterapkan di wilayah itu, sebagian besar penduduk telah meninggalkan kota yang ditempati warga mayoritas Muslim itu.
Sekitar 470 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan tersebut, termasuk 366 teroris, 85 tentara, dan 39 warga sipil.
Bentrokan ini telah meluluhlantakkan Marawi hingga layaknya kota hantu. Serangan udara dan darat pasukan pemerintah terus menggempur kota yang telah ditinggalkan sekitar 400 ribu warganya ini.
Presiden Rodrigo Duterte selama ini berjanji akan menghancurkan militan Maute dan merebut kembali Marawi sesegera mungkin. Namun, hingga kini, janji itu tak kunjung terwujud.