Iran Patuh Kesepakatan Nuklir, AS Berencana Beri Sanksi Baru

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Selasa, 18 Jul 2017 12:03 WIB
Presiden Donald Trump masih mempertahankan kesepakatan nuklir Iran yang pernah ia kecam, dengan tetap memberlakukan sanksi baru terhadap Teheran.
Ilustrasi. (Reuters/Mike Segar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski Iran dianggap mematuhi perjanjian nuklir yang disepakati 2015 lalu, Amerika tetap berharap dapat memberlakukan sanksi baru atas Teheran.

Seorang pejabat AS yang enggan diungkap identitasnya mengatakan, meski Iran mematuhi perjanjian nuklir itu, Teheran tetap menjadi ancaman bagi negaranya dan kawasan dengan program persenjataannya.

"Kami berharap dapat menerapkan sanksi baru terkait program rudal balistik dan program kapal cepat mereka [Iran]," tutur seorang pejabat AS yang tidak diungkap identitasnya, Selasa (18/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan ini dilontarkan mendekati tenggat waktu bagi Trump untuk melaporkan kepada Kongres mengenai keberhasilan Iran mengurangi ambisi senjata nuklirnya.

Selama menjabat di Gedung Putih, pemerintahan Trump sendiri sudah dua kali menegaskan kepatuhan Iran terhadap perjanjian itu--yang secara efektif menjaga kesepakatan nuklir tetap berjalan.

"Dan kondisinya telah terpenuhi berdasarkan informasi yang diperoleh AS," tutur seorang pejabat Gedung Putih lainnya kepada AFP.

Kesepakatan nuklir disetujui oleh Iran dengan Jerman dan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni AS, Perancis, Rusia, Inggris, dan China pada Juli 2015 lalu.

Dengan persetujuan ini, Iran berjanji mengurangi produksi uranium dan pengembangan senjata nuklir negaranya.

Sebagai timbal balik, negara Barat sepakat mengurangi sanksi yang selama ini dilayangkan kepada Teheran.

Perjanjian ini digunakan AS sebagai salah satu strategi non-militer untuk menghentikan Iran agar tidak menjadi negara bersenjata nuklir.

Walaupun begitu, perjanjian ini tidak serta-merta mengurangi ketegangan antara Washington dan Teheran yang terus berbenturan pendirian, terutama mengenai konflik di Timur Tengah, seperti di Suriah dan Yaman.

Semasa kampanye, Trump pernah mengecam kesepakatan nuklir yang digagas oleh Barack Obama ini. Menurutnya, ini merupakan kesepakatan "terburuk yang pernah dinegosiasikan" karena membuat AS mencabut sebagian sanksi terhadap Teheran.

Trump bahkan pernah bersumpah akan melakukan negosiasi ulang bahkan membatalkan kesepakatan ini.


(has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER