Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rodrigo Duterte meminta parlemen memperpanjang status darurat militer di Mindanao, Filipina selatan, yang telah berlangsung selama hampir dua bulan.
Langkah ini dilakukan Duterte sementara pertempuran antara pasukan militer dan pemberontak Maute di Marawi tak kunjung menemui titik akhir sejak akhir Mei lalu.
Pada Senin malam (17/7), Duterte bertemu dengan parlemen untuk mendiskusikan perpanjangan masa darurat militer itu.
Meski militer mengklaim berhasil menguasai 80 persen wilayah Marawi dari Maute, Duterte mengatakan sekitar 600 bangunan di sana masih belum steril dari bom, ranjau, dan senjata-senjata lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Pantaleon Alvares mengatakan parlemen memandang tidak ada alasan untuk menolak permintaan tersebut.
Konstitusi Filipina mengizinkan presiden memberlakukan darurat militer selama 60 hari. Selama darurat militer, presiden boleh mengerahkan angkatan bersenjata untuk "menekan kekerasan dan pemberontakan di luar hukum."
Setelah 60 hari, presiden bisa memperpanjang darurat militer tersebut meski dengan jangka waktu yang ditetapkan Kongres.
Darurat militer terpaksa diberlakukan Duterte lantaran Maute terus melakukan perlawan sejak 23 Mei lalu. Sejak saat itu pula, kelompok terafiliasi ISIS ini menyandera sejumlah warga sipil yang terjebak di area konflik, termasuk seorang pastor gereja.
Sejauh ini, lebih dari 500 orang tewas dalam bentrokan Marawi, termasuk ratusan teroris dan puluhan tentara serta warga sipil. Menurut militer Filipina, sekitar 100 warga sipil juga diperkirakan masih terjebak di wilayah bentrokan.
Pada awal Juni, Duterte mengatakan pasukan bersenjatanya telah merencanakan strategi guna membasmi upaya militan membentuk kekhalifahan ISIS di negaranya itu.
Salah satu strateginya yakni dengan meluncurkan serangkaian serangan udara dan tembakan artileri.
Tentara Amerika Serikat bahkan ikut turun ke Marawi guna menyediakan sejumlah bantuan teknis bagi tentara Filipina, meski tak terjun langsung untuk bertarung.
Pada Selasa (18/7), Duta Besar AS untuk Manila, Sung Kim, mengatakan pemerintahnya juga telah memberikan dua pesawat Cessna bagi militer Filipina untuk digunakan di Marawi.
"Kami sangat prihatin dengan situasi di Marawi. Situasi di sana jela smerupakan situasi yang sangat sulit bagi Filipina sehingga kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membantu angkatan bersenjata," tutur Kim seperti dikutip
AFP.
(aal)