Jakarta, CNN Indonesia -- Tokoh yang dituding sebagai dalang kudeta gagal di Turki, Fethullah Gulen, yakin pemerintah Amerika Serikat, tempat di mana ia tinggal sekarang, tidak akan memenuhi permintaan Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk mengekstradisi dirinya.
"Karena apa pun pendapat pribadi [Presiden Donald Trump], saya tidak berpikir dia mau mengambil risiko untuk merusak reputasi AS di mata dunia dengan menyerah pada tuntutan tidak berdasar dari Presiden Turki," tutur Gulen saat diwawancarai
French TV seperti dikutip
AFP, Rabu (19/7).
Gulen, yang kini tinggal di pedesaan Pennsylvania, kemudian kembali membantah keterlibatan dirinya dalam upaya kudeta yang dia sebut sebagai tindakan "tercela" itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia bahkan menantang pemerintahan Erdogan untuk memperlihatkan bukti keterlibatan dirinya dalam perencanaan kudeta tersebut.
"Jika mereka menemukan bukti sekecil apa pun mengenai keterlibatan saya [dalam kudeta], saya akan membeli tiket pesawat sendiri untuk meninggalkan AS," kata Gulen.
Upaya kudeta ini meletus pada 15 Juli lalu, ketika faksi militer mengerahkan sejumlah tank dan pesawat tempur untuk mengebom gedung parlemen dan sejumlah situs pemerintahan lain.
Langkah ini dilakukan militer untuk menggulingkan Erdogan dari pemerintahan, meski berakhir gagal. Peristiwa ini menewaskan setidaknya 230 orang.
Sejak saat itu, Erdogan terus mengincar Gulen yang diyakini berperan banyak dalam perencanaan kudeta pemerintahannya.
Erdogan bahkan meminta penyelidikan internasional soal upaya penggulingannya tersebut diajukan ke Pengadilan Pidana Internasional (ICC) dan Parlemen Eropa.
Sementara itu, otoritas Turki juga menahan sekitar 500 ribu orang dan memecat lebih dari 100 ribu orang dari pekerjaannya lantaran dituding mendukung kudeta.