Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Bangladesh dilaporkan mengusir sedikitnya 2.000 pengungsi Rohingya di pulau-pulau terpencil di perbatasan yang melarikan diri dari kekerasan aparat keamanan di Myanmar.
Salah satu pulau yang menjadi target operasi adalah St Martins, pulau terluar yang berjarak sembilan kilometer dari pantai Bangladesh.
Kepala dewan lokal, Noor Ahmad, mengatakan otoritas meminta warga menyerahkan para pengungsi Rohingya yang tinggal bersama mereka kepada petugas penjaga pantai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka meminta kami membantu menemukan pengungsi Rohingya dengan cara apa pun dan membawa mereka ke kamp penjaga pantai," kata Ahmad, Selasa (5/9).
Seorang pejabat lokal lainnya, Farid Ahmed, mengatakan 2.011 Rohingya termasuk anak-anak ditahan di markas penjaga pantai sejak Minggu malam.
Ribuan pengungsi itu disebut telah dibawa kembali ke Myanmar menggunakan kapal di bawah pengawasan pasukan di perbatasan.
"Anak-anak Rohingya menangis, tapi itu perintah dari pemerintah. Apa yang bisa kami lakukan? Pengungsi Rohingya mengadu 'Ke mana mereka harus pergi?' karena aparat Myanmar membakar rumah hingga membunuh mereka," kata Ahmed kepada
AFP.
Gelombang pengungsi Rohingya di Bangladesh kembali melonjak sejak Jumat pekan lalu, ketika bentrokan antara militer Myanmar dan Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) pecah.
[Gambas:Video CNN]Bentrokan awalnya pecah karena ARSA menyerang sejumlah pos polisi dan satu pangkalan militer di Rakhine. Sejak saat itu, bentrokan memanas dan hingga kini telah menewaskan 400 orang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, sekitar 87 ribu Rohingya pergi ke perbatasan untuk menuju Bangladesh sejak sepuluh hari terakhir.
Bangladesh menjadi destinasi terdekat para pengungsi Rohingya karena berbatasan langsung dengan Myanmar.
Sebagian besar Rohingya mencoba pergi ke negara itu melalui sungai Naf di perbatasan. Sebagian pengungsi lainnya bahkan nekat menyebrangi lautan demi sampai di Pulau St. Martins.
Saat ini, Bangladesh menampung sekitar 400 ribu Rohingya dan berusaha untuk tidak menampung lebih banyak pengungsi di tengah kekerasan yang masih terus terjadi di Myanmar.
Namun, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Bangladesh menampung para pengungsi Rohingya untuk sementara.